Sebagai seorang nasionalis, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Taufiq Kiemas dikenal sangat menaruh perhatian pada kebhinekaan republik. Salah satunya adalah masalah yang berkaitan dengan rentannya kebebasan beragama dan beribadat.
Ketika Forum Rohaniawan se-Jakarta dan sekitarnya menemuinya tepat dua bulan lalu (8/4), Taufiq Kiemas langsung menyatakan keprihatinannya. Ia bahkan berjanji untuk meneruskan pengaduan para rohaniawan kepada para pemimpin lembaga tinggi negara. "Penyelesaian harus diselesaikan dengan musyawarah. Saya sebagai ketua MPR, mungkin di bulan depan atau bulan ini, kalau mengadakan pertemuan dengan pimpinan lembaga negara, Presiden, DPR, Mahkamah Agung akan saya sampaikan apa yang disampaikan," katanya di ruangan Nusantara V, kompleks Parlemen, saat itu.
Pengaduan Forum Rohaniawan se-Jakarta dan sekitarnya itu berkaitan dengan sejumlah kasus penutupan rumah ibadah dan larangan aktivitas keagamaan kelompok minoritas. Diantaranya adalah tindakan Pemerintah Kota Bogor yang menyegel Gereja Kristen Yasmin, meski sudah memiliki dokumen pendirian tempat ibadah. Juga Pemerintah Kota Bekasi yang menyegel rumah muslim Ahmadiyah di Jatibening.
Tapi belum sempat menyelesaikan seluruh persoalan itu dengan sejumlah pejabat tinggi lainnya, Taufiq Kiemas meninggal dunia. Politisi senior PDI Perjuangan yang semasa mudanya aktif di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini meninggal ketika masih berada dalam masa perawatan di sebuah rumah sakit di Singapura.
Menurut rencana, jenazah Taufiq Kiemas akan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta, besok (9/6).