KBR68H, Jakarta- Kementerian Perhubungan meminta PT Pelindo II untuk tidak ngotot membuka anak usaha baru di bidang jasa pelabuhan. Rencana tersebut diprotes asosiasi jasa di Tanjung Priok.
Menteri Perhubungan EE Mangindaan mengatakan, Pelindo dan asosiasi jasa harus duduk bersama untuk memecahkan masalah tersebut. Dia menyarankan agar Pelindo II mengajak seluruh perusahaan jasa untuk bekerjasama.
"Kalau mau main sendiri ya ga bisa. Marah yang lain karena angkutan khusus barang. (Tapi Pelindo tetap ngotot pak.) Ya saya minta calling down (tenang, red.) dulu. (Calling down itu kan hanya menunda pak?) Kan itu baru rencana. (Kalau bapak sendiri sarannya?) Satukan saja. Kan dia anak perusahaannya Pelindo. Satukan saja, kerjasama sebagai suatu organisasi Organda gitu. Silakan diatur, boleh tidaknya," jelas Menteri Perhubungan EE Mangindaan kepada wartawan di Jakarta, Selasa (4/6).
Sebelumnya sejumlah pengusaha jasa di Tanjung Priuk melakukan aksi mogok sebagai bentuk protes rencana monopoli yang dilakukan Pelindo II.
Pelindo rencananya membuka sejumlah anak perusahaan seperti PT Indonesia Kendaraan Terminal, PT Energi Pelabuhan Indonesia dan PT Pelabuhan Tanjung Priok. Terkait hal itu PT Pelindo II membantah adanya monopoli itu. Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II RJ Lino mengatakan, anak perusahaan yang bakal dibuat nanti hanya menyediakan jasa layanan kapal tunda dan kapal pandu.
Editor: Anto Sidharta
Menhub: Pelindo II Jangan Ngotot Buat Anak Perusahaan Baru
Kementerian Perhubungan meminta PT Pelindo II untuk tidak ngotot membuka anak usaha baru di bidang jasa pelabuhan. Rencana tersebut diprotes asosiasi jasa di Tanjung Priok.

NASIONAL
Selasa, 04 Jun 2013 16:24 WIB


Menhub, Pelindo II, Anak Perusahaan Baru
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai