Bagikan:

Demokrat: Membelot, PKS Otomatis Keluar dari Koalisi

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok memastikan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) telah didepak dari koalisi pemerintah. Kata dia, hal itu diatur di dalam butir-butir perjanjian koalisi yang sudah direvisi pada tahun 2011 lalu. Dia mengangga

NASIONAL

Selasa, 18 Jun 2013 21:11 WIB

Author

Ade Irmansyah

Demokrat: Membelot, PKS Otomatis Keluar dari Koalisi

Demokrat, PKS, Koalisi

KBR68H, Jakarta – Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok memastikan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) telah didepak dari koalisi pemerintah. Kata dia, hal itu diatur di dalam butir-butir perjanjian koalisi yang sudah direvisi pada tahun 2011 lalu. Dia menganggap, PKS memilih keluar setelah berseberangan dengan pemerintah dalam pembahasan RUU RAPBN Perubahan.

Selain itu, tegas Mubarok, tiga menteri asal PKS juga harus mengundurkan diri dari kabinet. Namun, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak akan mengeluarkan surat pemecatan PKS dari koalisi dan pemecatan tiga menteri tersebut.

“Karena sudah jelas di butir-butir koalisi yang sudah diperbaiki pada tahun 2011, kalau partai bersebrangan maka sudah dianggap keluar, udah selesai. Ya sudah dianggap keluar tapi gak usah dikeluarkan dia sendiri yang harus kelaur orang dia baca sendiri kok. Tanpa harus ada pernyataan resmi dari Pak SBY pak? Gak ada iya. Nah soal menteri, tinggal logikanya aja gimana. Menteri dia yang mengusulkan, namaya ini tinggal menterinya tau diri apa ngga gitu," kata Mubarok kepada KBR68H ketika dihubungi.

Sebelumnya, PKS membangkang dalam pembahasan RUU RAPBN Perubahan 2013 kemarin. PKS beralasan, penaikan harga BBM tidak memihak kepada rakyat. Meski begitu, RAPBP ini akhirnya disahkan oleh mayoritas anggota DPR melalu mekanisme pemungutan suara atau voting.

Editor: Anto Sidharta

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending