KBR, Jakarta– Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) mempertanyakan pelibatan militer untuk menyerap gabah petani oleh Perum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog). Koordinator KRKP Said Abdullah mengatakan, keterlibatan militer menimbulkan ketakutan pada petani. Kata dia, keterlibatan militer juga menimbulkan kesan paksaan agar petani menjual gabahnya kepada Bulog.
“Ngapain Bulog menggandeng TNI, militer? Nggak masuk di akal. Efek psikologis di petani, hari ini kalau jual ke tengkulak yang selisih Rp 1.500, petani takut di datangi Dandim, Babinsa, karena mereka diperankan supaya semua beras masuk ke Bulog. “kata Said di Kedai Tjikini, Selasa (17/05/16).
Said juga mengkritisi rendahnya harga beli Bulog terhadap hasil panen petani, ”Padahal, harganya Rp 3.700 ( jika dibeli Bulog), di tengkulak bisa Rp 4 ribu. Coba logikanya di mana? Orang mau untung kok enggak boleh? Sudah capek menanam, dia tidak boleh menjual dengan harga bagus?”
Said mengatakan, harusnya petani tidak dipaksa menjual gabah hanya kepada Bulog. Kata dia, KRKP Protes Gandeng
“Bila Bulog ingin bersaing dalam penyerapan gabah itu, berarti Bulog juga harus siap memberikan penawaran harga bersaing dengan tengkulak.” Katanya lagi. Dengan begitu, petani akan senang hati menjual kepada Bulog, tanpa merasa takut kepada militer.
Sejak bulan lalu, Bulog menggandeng militer untuk membantu menyerap gabah atau beras di daerah. Bulog beralasan, peran militer diperlukan untuk menekan pengaruh tengkulak yang memaksa membeli gabah petani.
Pasa masa panen hingga Juni 2016, Bulog menargetkan penyerapan bahah 2,5 juta ton. Sejak awal tahun hingga pertengahan Mei 2016, Bulog telah menyerap 2 juta ton gabah atau jika dikonversikan menjadi 995 ribu ton beras. Jumlah itu meningkat 50 persen dibanding periode yang sama tahun lalu yang hanya 655 ribu ton beras. Stok Bulog saat ini adalah 1,98 juta ton gabah dan 260 ribu beras, yang diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan Lebaran.
Editor: Malika