KBR, Jakarta - Pengamat Perminyakan dari ReforMiner Institut, Komaidi Notonegoro menilai PT Pertamina terpaksa menaikkan harga Pertamax demi menutupi potensi kerugian yang mencapai Rp15 Triliun per tahun.
“Saya kira kuncinya ada di pemerintah. Pemerintah harus menyelesaikan kebijakan subsidi premium dan solar. Kalau itu selesai, yang Rp15 triliun itu tidak terancam menjadi kerugian, nanti akan selesai juga," katanya kepada KBR, Jumat (15/5/2015).
Komaidi menambahkan, kalau konsisten semestinya pemerintah tidak bisa campur tangan kenaikan harga Pertamax. “Kalau Pertamax nya minta ditahan dan tidak naik, Pertamina akan bersedia," tambahnya.
Ia juga menilai, ketidaktahuan Dirut PT Pertamina atas kenaikan harga Pertamax juga patut dipertanyakan. Sebab seharusnya rencana kenaikan ini sudah dibicarakan sebelumnya.
Tadi malam Pertamina membatalkan rencana kenaikan harga BBM jenis Pertamax, Pertamax Plus, dan Pertamina Dex. Padahal Pertamina sendiri telah mengedarkan surat pemberitahuan rencana kenaikan per 13 Mei lalu.
Editor: Quinawaty Pasaribu
Pertamina Bakal Rugi Rp15 Triliun Kalau Tak Naikkan Pertamax
PT Pertamina terpaksa menaikkan harga Pertamax demi menutupi potensi kerugian yang mencapai Rp15 Triliun per tahun.

Seorang pengendara motor membeli Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis Premium menggunakan jeriken di salah satu SPBU jalan Merdeka, Palembang, Sumsel, Jumat (8/5). ANTARA FOTO
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai