KBR, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta sistem informasi dan teknologi (IT) penjualan tiket online PT Kereta Api Indonesia (KAI) diaudit.
Menurut pengurus harian YLKI Tulus Abadi, KAI harus bisa memperhitungkan antara tiket yang dijual dan pembeli yang akan mengakses tiket secara online. Untuk itu, KAI perlu menambah konsumsi transfer data internet (bandwidth).
"Apakah dia dirancang untuk berapa ribu orang, atau bahkan berapa puluh ribu orang pada saat yang sama dapat online, dan berapa potensi konsumen yang mengakses secara bersamaan. Kalau kapasitasnya 1000 padahal yang membuka 10.000 pasti akan terjadi distorsi di dalam akses internet itu. Kereta api bisa memperhitungkan, berapa kursi yang tersedia secara," ujar Tulus Abadi kepada KBR.
Tulus Abadi menambahkan, carut marut sistem penjualan tiket online kereta tambahan dapat membuat orang berasumsi adanya praktek percaloan.
Sebelumnya, penjualan tiket tembahan kereta mudik secara online bermasalah di berbagai tempat. Contohnya, pembelian di mini market yang ternyata mengalami kerusakan jaringan, sehingga pembeli harus menunggu beberapa jam.
Editor: Antonius Eko