Didatangi ke rumah, Sumarsih menegaskan sikapnya.
KBR, Jakarta – Sumarsih adalah ibu dari korban Tragedi Semanggi 1, Norma Irmawan yang tewas 16 tahun lalu. Ia mengaku terkejut ketika pertengahan Maret lalu tiba-tiba didatangi seorang utusan Prabowo dari Partai Gerindra ke rumahnya. Kata Sumarsih, laki-laki yang mendatanginya tersebut dikawal oleh beberapa orang memakai seragam biru.
Selain bertemu Sumarsih, Prabowo juga mengadakan pertemuan tertutup dengan keluarga korban Trisakti pada Sabtu (10/5/2014) di Jakarta. Saat itu Prabowo menemui ibu korban dari Elang Mulya Lesmana, Heri Hartanto dan Hafidin Royan. Lewat siaran persnya, Lasmiyati, ibu dari Heri Hartanto mengaku yakin kalau Prabowo tidak terlibat sebagai dalang dalam tragedi Mei 1998.
Apa isi perbincangan antara Sumarsih dengan utusan Prabowo di pertengahan Maret itu?
Bagaimana kejadian ketika itu?
“Waktu itu hari Selasa 18 Maret jam 15.00 WIB. Tiba-tiba ada seorang bapak berumur 50 tahun mendatangi rumah saya. Ia membawa beberapa pengawal. Mereka menyatakan bahwa mereka utusan dari Partai Gerindra.”
Apa maksud kedatangannya?
“Ia bilang bahwa Prabowo saat ini ingin membersihkan diri karena Prabowo ingin menjadi Presiden. Jadi karena mau membersihkan diri, maka ia meminta utusanya menemui saya.”
Apa tawarannya?
“Tawarannya Prabowo akan memberikan grasi untuk kasus anak saya jika ia menjadi presiden nanti. Saya lalu bertanya: “Kalau Prabowo ingin membersihkan diri, berarti dia mengaku kalau ia tidak bersih ya?” Lalu bapak itu hanya tertawa kecil. Saya bilang dan tegaskan dalam pertemuan itu kalau saya tidak mau ditawari apapun dari Prabowo. Saya tidak mau ditawari jabatan seperti Pius dan Desmond (korban kasus penculikan Mei 1998, red) dan kemudian saya menerima pemberian Prabowo.”
“Saya tegaskan bahwa saya menolak tawaran tersebut.”
Apalagi yang dibicarakan?
“Perbincangan kami lama, kurang lebih 2,5 jam. Ia juga bercerita tentang Prabowo yang serius untuk menjadi Presiden, juga sedang mencari beberapa orang untuk mengurus isu Tionghoa karena partai Gerindra berpihak pada Tionghoa.”
Bagaimana sikap Ibu selanjutnya?
“Di akhir pembicaraan, saya mengatakan bahwa sudah lama saya mengurus kasus yang membuat anak saya terbunuh. Saya mengurus kasus ini sejak 16 tahun yang lalu. Saya percaya bahwa kebenaran akan bersinar dan suatu saat pelaku akan mengakui kesalahannya.”
Editor: Citra Dyah Prastuti