Bagikan:

SabangMerauke: Anak Kristen Baik, Anak Islam Juga Baik

Membawa anak-anak daerah ke Jakarta, bertemu keluarga baru mereka. Belajar toleransi.

NASIONAL

Jumat, 02 Mei 2014 20:02 WIB

Author

Luviana

SabangMerauke: Anak Kristen Baik, Anak Islam Juga Baik

SabangMerauke, toleransi, anak, pendidikan toleransi

KBR68H, Jakarta – Sabang dan Merauke adalah nama kota paling timur dan paling barat di Indonesia. SabangMerauke sekaligus akronim dari “Seribu Anak Bangsa Merantau untuk Kembali”. 


(baca juga: SabangMerauke: Mengajak Anak Mempraktikkan Toleransi


Program ini digagas sejumlah anak muda yang ingin memastikan Indonesia yang beragam tetap tegak berdiri atas dasar toleransi. Tahun ini, anak dan keluarga sedang diseleksi oleh tim SabangMerauke dan akan diumumkann Juni mendatang – bertepatan dengan masa libur sekolah. 


Selama berinteraksi dengan keluarga baru inilah, nilai-nilai positif dicoba ditransfer kepada anak-anak. Tiga nilai utama SabangMerauke ini adalah pendidikan, toleransi dan ke-Indonesia-an. 


Kisah Ratna dan Apipa 


Dalam blog SabangMerauke, Ratna Megasari bercerita tentang kisahnya ketika kedatangan “anak ketiga” mereka yaitu Apipa. Apipa jadi “anak terkecil” sekaligus satu-satunya perempuan di tengah keluarga dengan dua anak laki-laki itu. 


Apipa berasal dari Desa Nanga Lauk di daerah Putus Sibau di Kalimantan Barat dan berusia 13 tahun. Di desanya belum ada listrik PLN, hanya orang kaya yang punya genset. Ada beberapa orang yang pakai ponsel, tapi susah sinyal membuat punya ponsel jadi percuma saja. Di kampung halamannya, Apipa juga menjadi guru mengaji dan pengedar buku atau Perpustakaan Keliling Desa. Sepatunya berlubang, sudah dipakai sejak kelas 6 sampai kelas 3 SMP. 


Selama interaksi, Ratna mengaku sempat bingung soal makanan apa yang disukai Apipa. 


“Saya kaget dan bingung ketika Apipa menolak untuk makan ayam goreng, padahal itu brand dunia yang mestinya disukai anak-anak. Sikapnya juga biasa saja saat dibelikan es krim. Dia pun sama sekali tidak tertarik mi instan.”


Setelah berbincang, baru Ratna tahu kalau Apipa suka makan ikan. Tapi begitu ia menggoreng ikan, Apipa tidak lahap menyantap makanan tersebut. 


“Setelah menelfon guru Apipa baru saya tahu kalau di desanya Apipa tidak kenal ikan goring. Ikan-ikan dimasak berkuah atau dijadikan kerupuk basah. Nah lho… sakit kepala pun dimulai… hehehe.”


Apipa yang Muslim ini pun harus berpuasa di rumah Ratna yang pemeluk agama Kristen. 


“Sebagai ibu angkatnya Apipa, saya berusaha memberikan yang terbaik. Untuk itu saya membuat survey kecil, bertanya kepada teman-teman saya yang Muslim, bagaimana dan apa saja yang terbaik untuk makanan sahur,” tulis Ratna. 


“Sebab sebagai orang Kristen umumnya kami lebih mengetahui menu buka puasa, namun buta tentang menu sahur.”


Di situ, Ratna betul-betul merasakan pengalaman baru: melayani Apipa makan sahur. 


“Ini adalah tantangan untuk mengalahkan ego, menanggalkan kepentingan diri sendiri atau keinginan untuk tidur pulas yang sedang enak-enaknya pada jam 2 dini hari.”


Kini Apipa sudah kembali ke Kalimantan. Dan Ratna punya pelajaran baru: “Meskipun awalnya sedikit sulit, namun indah akhirnya.”


Mengubah pandangan 


Fachrul Rozi adalah salah satu anak SabangMerauke dari angkatan tahun 2013. Ia tinggal di rumah peneliti LIPI, Ikrar Nusa Bakti. Ika, istri Ikrar, mengatakan Fachrul sangat senang ketika berada di Jakarta selama dua minggu di rumahnya. 


Hal yang paling mengesankan adalah ketika Fachrul bertemu Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. 


“Anak-anak sangat senang bertemu dengan Ahok karena diajak bicara dan keliling Balai Kota. Mereka bilang, Pak Ahok orangnya lucu dan baik. Mereka diajak keliling. Asik, kata mereka.”


Fachrul berasal dari Halmahera dan di kampung halamannya ia adalah Ketua OSIS SMP Negeri di Labuan, Halmahera. Di blog SabangMerauke ia menulis begini “Aku telah berpikir akan mengalami dan merasakan salah satu dari tujuan SabangMerauke yaitu toleransi. Beda agama, suku dan daerah.” 


Fachrul menulis kalau di daerahnya sulit menemukan toleransi. 


“Toleransi kurang dijunjung tinggi, bermusuhan antar suku atau etnis, agama, juga budaya. Sekitar 13 tahun lalu terjadi kerusuhan antara agama (umat Islam berperang dengan umat Kristiani), ketika umur saya sekitar dua bulan (masih bayi).”


Meski tak mengalami sendiri, ketegangan antar suku masih terasa sampai sekarang. 


“Aku sering mendengarkan pembicaraan di daerahku yang membahas tentang pemimpin harus berasal dari sukunya.”


Ketika dihubungi KBR68H, Fachrul mengaku program pertukaran pelajar SabangMerauke ini mengubah pandangannya tentang agama Kristen selama ini. 


"Banyak pertengkaran karena agama di Halmahera. Saya dulu selalu menganggap orang Kristen itu tak baik, sekarang setelah tahu dan bertemu banyak orang yang berbeda, saya berubah,” kata Fachrul. 


Perubahan makin terasa setelah ia bertemu Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. 


“Saya melihat Pak Ahok sangat baik, melihat anak-anak Kristen yang ikut acara SabangMerauke juga baik-baik."


Setelah pengalamannya di Jakarta, Fachrul kembali ke sekolah dan menggagas program majalah dinding. Dari situ, dia mengajak teman-temannya untuk menulis. Kebetulan salah satu temannya di sekolah ada yang lulus program SabangMerauke tahun ini. Kesempatan ini dipakai keduanya untuk mengajak anak-anak dari sekolah lain untuk menuliskan pengalaman berteman dengan anak dari agama yang berbeda. 


"Semua senang dengan majalah dinding ini dan kami jadi berteman dengan baik,” kata Fachrul bangga. 


“Kami diajari untuk menghormati anak-anak lain. Anak-anak Kristen juga senang, anak-anak Islam juga senang. Anak Kristen baik, anak Islam juga baik."



Editor: Citra Dyah Prastuti 


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending