KBR, Jakarta - PT KAI Membantah perusahaanya memberikan jatah tiket mudik kepada agen-agen perjalanan. Hal ini menyusul kembali habisnya tiket tambahan untuk mudik lebaran nanti.
Juru Bicara PT KAI Agus Komarudin mengatakan tidak ada batasan jumlah penjualan tiket baik kepada masayarakat maupun ke agen-agen perjalanan. Pihaknya menegaskan jika habisnya tiket lantaran jumlah permintaan tiket mudik lebaran sangat tinggi.
"Hanya memang ada pembelian deposit, ketika calon agen memenuhi ketentuan deposit. Misalnya katakanlah, satu juta dia hanya bisa menjual 10 tiket.Dia hanya kapasitasnya menjual 10 tiket. Dia hanya kapasitasnya menjual 10 tiket, tapi akses secara online, jadi tidak prioritas kuota," kata Agus kepada KBR, Jumat (16/5).
Sebelumnya beberapa pihak menduga habisnya tiket mudik lantaran PT KAI memberikan kuota khusus kepada agen-agen perjalanan. kemarin juga sistem penjualan tiket kereta api secara online kembali dipermasalahkan calon penumpang.
PT KAI mengaku layanan internet sempat jebol pada pukul 00.00 rabu malam sejak dibukanya pembelian tiket tambahan mudik Lebaran. Atas kejadian itu KAI mengaku siap jika layanan online pembelian tiket diaudit oleh pihak ketiga.
KAI sudah berusaha untuk menambah kapasitas web agar lebih mudah diakses. Namun menurutnya, hal itu tidak cukup berpengaruh. Sebab, pengakses tiket lewat online mencapai 10 juta dalam sehari.
"Menurut IT dari PT KAI berpengaruh terhadap keluar masuknya akses internet kereta api. Ini jadi persoalan, kita mengamati melakukan akses di berbagai perangkat mulai dari laptop, handphone, mana yang masuk. Semua ingin masuk ke satu titik," ucap Agus.
KAI mengaku layanan internet sempat jebol pada pukul 00.00 Rabu malam sejak dibukanya pembelian tiket tambahan mudik Lebaran. Akibatnya sejumlah penumpang yang sudah mengantri sejak malam di layanan online atau dalam jaringan (daring) melalui minimarket kecewa.
Pasalnya pembelian yang ia ajukan gagal karena ada kesalahan jaringan. Sehingga, penjualan tiket kembali dilakukan secara manual melalui loket.
Editor: Pebriansyah Ariefana
