KBR, Jakarta - Peringkat ekonomi Indonesia, yang disebut Bank Dunia masuk 10 besar dunia, berbanding terbalik dengan angka pertumbuhan ekonomi yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) kuartal pertama.
Pengamat ekonomi dari Lembaga kajian pembangunan, ekonomi dan keuangan INDEF, Sugiyono mengatakan pertumbuhan ekonomi harusnya meningkat pesat menjadi 7-9 persen jika ranking Indonesia membaik, dari 16 dunia menjadi 10 besar dunia berdasarkan Produk Domestik Bruto (GDP).
Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. Hal ini bertentangan dengan klaim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menyebut peringkat perekonomian Indonesia meningkat menjadi 10 besar.
"Pertumbuhan ekonomi itu kan dihitung ketika harga dihitung tetap. Sehingga terjadi peningkatan produksi. Jadi, kalau crude-nya kita itu enggak naik pesat, kan itu ranking 16 ke 10, berarti kita harusnya meningkat pesat, yaitu mungkin pertumbuhan ekonomi kita menjadi 7, 8 atau 9 persen, mestinya seperti itu. Tetapi justru sebaliknya BPS melaporkan bahwa kuartal pertama itu 5,2 persen itu cukup turun dibandingkan sebelumnya, itu sangat kontradiktif," kata Sugiyono di program Sarapan Pagi KBR, Selasa, (06/05).
Sebelumnya, presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebut peringkat perekonomian Indonesia meningkat dari 16 besar pada 2013 lalu, menjadi 10 besar saat ini. Peringkat tersebut diketahui presiden melalui Menteri Keuangan Bank Dunia. Peringkat tersebut diketahui atau dihitung berdasarkan Produk Domestik Bruto (GDP) dan tingkat daya beli. Selain Indonesia, negara yang juga masuk jajaran sepuluh besar adalah Jerman, Tiongkok dan Rusia.
Editor: Antonius Eko