KBR, Jakarta - Dua skema penghematan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang diajukan pemerintah dinilai tidak efisien. Dua skema itu yakni pelarangan membeli BBM bersubsidi saat libur nasional dan pembatasan konsumsi solar di daerah pertambangan, seperti Kalimantan Timur.
Pengamat energi dari ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro mengatakan, dua skema itu sudah pernah dilontarkan tapi tidak berjalan. Ia menyarankan pemerintah agar berani menaikkan harga BBM bersubsidi. Mengingat kurs rupiah yang terus melemah dan selisih harga minyak di pasaran antara minyak subsidi dan nonsubsidi juga terus meningkat.
"Hari libur terus ke pertambangan, itu wacana lama dan pembatasan sudah diterapkan tapi hasilnya tidak signifikan. Akar masalah di harga, harga ke-ekonomian terlalu jauh tapi pemerintah tetap mempertahankan karena secara politis bagus dan pemerintah cukup populis," kata Komaidi kepada KBR (28/05).
Dalam APBN Perubahan 2014, pemerintah mengajukan kenaikan anggaran subsidi BBM dari sebelumnya Rp 210 triliun menjadi Rp 285 triliun. Pemerintah juga ingin menaikkan anggaran subsidi listrik dari Rp 71,4 triliun menjadi Rp 107,1 triliun. (Baca: ESDM Hitung Kuota BBM yang Bisa Dihemat)
Agar anggaran APBN tak jebol, pemerintah akan memangkas anggaran di 86 kementerian/lembaga sebesar Rp 100 triliun. Selain itu, kuota BBM subsidi yang ditetapkan dalam APBN 2014 sebesar 48 juta kiloliter diharaplan bisa dipangkas.
Editor: Rony Rahmatha
Dua Skema Penghematan BBM Tidak Efektif
KBR, Jakarta - Dua skema penghematan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang diajukan pemerintah dinilai tidak efisien.

NASIONAL
Rabu, 28 Mei 2014 14:51 WIB


BBM, kuota BBM, penghematan BBM, pertamina, SPBU
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai