Caleg Perempuan Minim, Tergusur Caleg Artis

KBR, Jakarta - Jumlah Caleg perempuan terpilih 2014 mengalami penurunan secara drastis dibandingkan Caleg terpilih di tahun 2009. Jumlah Caleg Terpilih di tahun 2014 menurut Komisi Pemilihan Umum (KPU) hanya sekitar 93-96 orang.
 
Berdasarkan penelusuran Aliansi Masyarakat Sipil untuk perempuan dan politik (Ansipol), lembaga yang banyak melakukan advokasi untuk perempuan dan politik, jumlah Caleg perempuan terpilih sebanyak 97 orang atau setara dengan 17,5 persen. Sementara pada periode sebelumnya, 2009-2014, terpilih 101 anggota DPR perempuan.
 
 
Koordinator Ansipol Yudha irlang menyatakan bahwa penurunan jumlah Caleg terpilih di tahun ini sangat mengecewakan para aktivis perempuan. Penyebabkan seperti ditelusuri Ansipol bahwa ada sejumlah faktor yang menyebabkan Caleg perempuan tidak terpilih. Pertama, yaitu soal money politic (politik uang) yang umumnya didominasi oleh laki-laki.

Kedua, banyak Caleg perempuan tergusur  karena ia digusur oleh sesama temannya satu partai karena adanya politik uang.
 
Faktor ketiga yaitu banyak Caleg perempuan yang kemudian tergusur oleh Caleg artis. Yudha Irlang menyatakan walau secara kualitas Caleg artis masih jauh sekali dari harapan, namun harus diakui bahwa artis masih ditempatkan oleh Partai sebagai orang yang mampu mendulang banyak suara karena kepopuleran mereka.
 
“Banyak partai yang mengandalkan artis-artis untuk mendulang suara, akibatnya banyak Caleg perempuan bagus yang kemudian tersingkir. Ini pelajaran berat untuk kita semua,” ujar Yudha Irlang.
 
Alasan keempat, di sejumlah daerah menurut Yudha banyak Caleg perempuan yang tidak terpilih karena tersingkirkan oleh anak-anak pejabat dan para elit partai.
 
Sejumlah Caleg perempuan bagus  menurut penilaian Ansipol yang gagal masuk ke parlemen misalnya: Eva Kusuma Sundari caleg dari PDI Perjuangan, Nurul Arifin dari Partai Golkar, Lena Maryana Mukti dari PPP.
 
Kedepannya menurut Yudha, Ansipol bersama lembaga-lembaga perempuan lain harus bekerja keras dengan para Caleg baru untuk berjuang kembali pada isu-isu perempuan di parlemen.