KBR68H, Jakarta - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta merilis laporan soal kebebasan pers di Indonesia di hari kebebasan pers 3 Mei.
AJI Jakarta melihat Pers di Indonesia mengalami penurunan tajam soal kebebasan pers di tahun 2014. Kebebasan pers yang dimaknai sebagai perjuangan pers untuk publik justru dimaknai sebaliknya. Di tahun Pemilu, media atau pers malah digunakan sebagai alat kampanye para pemilik media yang berpolitik. Akibatnya bisa dilihat dari minimnya independensi pers di ruang redaksi.
"Ini merupakan tahun yang buruk bagi media karena adanya banyak intervensi di ruang redaksi. Pers menjadi alat politik dan sulit menjadi independen," ujar Ketua AJI Jakarta, Umar Idris.
Kondisi ini menjadi kontraproduktif bagi kebebasan pers di Indonesia dan berakibat bagi buruknya nasib jurnalis di Indonesia.
Hal lain yang disoroti AJI Jakarta yaitu kebebasan di Indonesia yang diwarnai oleh munculnya aktor-aktor pelaku kekerasan. Aktor tersebut yaitu kelompok-kelompok yang mengatasnamakan agama dan aliran yang melakukan aksi kekerasan dan anti toleransi pada masyarakat.
Sedangkan Freedom House, organisasi berbasis di Washington menyatakan bahwa kebebasan media di dunia telah menurun ke tingkat terendah dalam satu dekade. Peringkat kebebasan Indonesia mengalami penurunan dari status bebas menjadi bebas sebagian.
Penyebab turunnya status ini di Indonesia karena ada pembatasan kegiatan lembaga swadaya masyarakat, meningkatnya pengawasan birokrasi terhadap LSM atas kebebasan berorganisasi.