Bagikan:

16 Tahun Tragedi Trisakti: Kasus Anak Kami Tidak Juga Selesai

Kasusnya mandek di Kejaksaan Agung dan Presiden SBY.

NASIONAL

Senin, 12 Mei 2014 15:31 WIB

Author

Luviana

16 Tahun Tragedi Trisakti: Kasus Anak Kami Tidak Juga Selesai

tragedi, trisakti, korban

KBR, Jakarta – Tanggal 12 Mei 1998 adalah salah satu tonggak penting sejarah bangsa ini. Enam belas tahun lalu terjadi tragedi penembakan di Universitas Trisakti. Empat mahasiswa tertembak mati oleh aparat – mereka adalah Elang Mulya Lesmana, Heri Hartanto, Hendrawan Sie dan Hafidin Royan. Mereka menjadi korban aparat yang tidak diadili hingga kini. 


Komnas HAM hingga kini terus mendesakkan adanya Peradilan Hak Asasi Manusia ad hoc bagi pelanggar HAM peristiwa Trisakti. Namun kasus ini mandek di Kejaksaan Agung dan Presiden SBY. 


KBR menemui dua ibu yang anak-anaknya menjadi korban Trisakti di sebuah acara diskusi “Gerakan Melawan Lupa, Tragedi Trisakti 1998” yang diadakan PBHI Jakarta dan Alumni Keluarga Besar Trisakti beberapa waktu lalu Horati Tetty adalah ibu dari Elang Mulya Lesmana, sementara Lasmiyati adalah ibu dari Heri Hartanto. 


Menurut ibu, bagaimana penuntasan kasus ini?


Horati Tetty (HT): “Kasusnya mandek, sudah dibawa kemana-mana tapi tidak ada penyelesaiannya. Kami merasa sangat capek dan akhirnya kami menyerah.”


Lasmiyati (L): “Enam belas tahun sudah kasus Trisakti ini terjadi, kasus yang menimpa anak-anak kami, kami capek, hati sakit. Kami tak mau meneruskan karena harus fokus untuk melanjutkan hidup kami.”

 

Siapa yang paling membuat kecewa?


HT: “Yang paling membuat kami kecewa pemerintah SBY. Karena SBY hanya berjanji terus namun tidak ada penyelesaian hingga kini. Suami saya (ayah Elang, red) meninggal karena stress selalu memikirkan Elang.”


L: “SBY pernah memberikan penghargaan kepada anak-anak kami sebagai pahlawan reformasi. Namun bagi kami ini tidak cukup. Kami menuntut pemerintah bertanggungjawab atas kasus ini. Kalau anak kami dinamakan sebagai pejuang, lalu mengapa pelakunya tidak diungkap?”

 

Apakah ada yang dilakukan pemerintah setelah itu atau pejabat lain untuk menyelesaikan kasus?


HT: “Dulu waktu Andi Malarangeng (saat itu menjabat sebagai Menpora, red) mendukung SBY sebagai Presiden. Ia mendatangi kami ibu-ibu korban. Ia menyatakan akan membantu kasus ini. Namun setelah SBY menjadi presiden, jangankan menemui, mengangkat telp kami pun tidak.”


L : “Prabowo pernah menemui kami di awal peristiwa tragedi Mei di tahun 1998. Ia datang menemui kami di rumah dan bersumpah di bawah Al-Quran. Di pertemuan itu Prabowo menyatakan bahwa ia tidak bersalah dan tidak tersangkut masalah ini.”

 

 

Anda percaya pemerintah dan para pejabat akan menyelesaikan persoalan tragedi Trisakti?


HT: “Tidak, kami tak percaya. Sudah berganti pemerintahan namun kasus anak kami juga tidak selesai. Semua ayah dari korban sudah meninggal. Hanya Pak Sahir Mulyo Utomo, suami ibu Lasmiyati saja yang masih hidup. Namun kasus kami juga tak selesai.”


L:  “Kami tak percaya, semua orang jika sudah menjadi pejabat sudah lepas tangan

 

Apakah masih sering bertemu korban HAM lainnya?


HT: “Tidak, kami memutuskan untuk tidak ikut melakukan aksi lagi, seperti aksi Kamisan bersama korban yang lain. Kami merasa tidak ada gunanya. Korban yang tiap Kamis yang selalu melakukan aksi  Kamisan juga kasusnya tidak selesai hingga sekarang.


L: “Kalau kami ikut Kamisan, kami justru rugi waktu, tenaga dan pikiran karena kasus anak kami juga tidak selesai. Sudah berpanas-panas setiap Kamis, namun tanpa penyelesaian juga.”

 

Siapa yang selama ini mendampingi Anda?


HT: “Dulu kami didampingi aktivis HAM seperti Kontras, PBHI, LBH Jakarta. Namun kami memutuskan untuk tak menyelesaikan persoalan ini.” 


L:  “Yang memperhatikan kami hingga sekarang Universitas Trisakti.  Selain dulu mendampingi secara hukum, kami juga selalu merasa dimanusiawikan oleh pihak universitas. Setiap ada dies natalis kami diundang, setiap 12 Mei selalu ada upacara bagi anak-anak kami. Hampir semua acara yang diadakan Universitas Trisakti selalu melibatkan kami. Setiap mendapatkan perhatian dari Univesritas Trisakti, kami seperti diingatkan kembali pada anak-anak kami.”

 

Harapan Anda selanjutnya?


HT: “Saya tak berharap banyak, biarkan anak-anak kami sekarang tidur di surga.”


L:  “Saya masih sering membayangkan anak saya masih ada. Jika anak kami masih ada, di usia saya saat ini pasti ia bisa membahagiakan kami. Namun kami harus ikhlas bahwa saat ini ia sudah di surga.”


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending