JATAM : Tambang Terbuka lebih Rugikan Lingkungan

KBR68H, Jakarta - LSM Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) meminta pemerintah segera mengevaluasi kegiatan pertambangan di Indonesia. Manajer Wilayah Krisis JATAM, Hendri Siregar khawatir setelah hasil evaluasi menunjukkan tambang bawah tanah berbahaya. Apalagi bila pemerintah nekat untuk mengizinkan kegiatan pertambangan terbuka. Hendri mengatakan, jika dibandingkan dengan tambang bawah tanah, tambang terbuka lebih beresiko terhadap lingkungan.

"Bagi saya agak aneh kalau mereka bilang pemeriksaan untuk bawah tanah, khususnya untuk ke Freeport. Karena Freeport itu tambang terbuka. Dia tak termasuk tambang bawah tanah sebenarnya. Bisa jadi terowongan yang longsor kemarin itu bukan area tambangnya, bisa jadi itu area transportnya. Agak aneh saja kalau dia bilang akan memriksa seluruh tambang bawah tanah, kan cuma ada dua, di Pongkor dan Dairi," jelas Hendri saat dihubungi KBR68H.

Sebelumnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral berjanji mengecek ulang seluruh tambang bawah tanah di Indonesia pasca longsornya tambang PT Freeport. Sekitar 40 pekerja PT Freeport Indonesia tertimbun longsor di tambang bawah tanah Big Gossan, Timika, Papua. Perusahaan asal Amerika Serikat itu mengerahkan 200 tim penyelamat dan berhasil menemukan 15 korban longsor. 10 korban ditemukan selamat, sementara lima lainnya tewas.

Editor: Nanda Hidayat