KBR, Jakarta - Suratmi, istri terduga teroris Siyono rela jika nantinya warga Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Klaten mengusirnya lantaran tetap menggelar autopsi jenazah sang suami. Kepada Pendamping keluarga dari PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anhar, Suratmi mengungkapkan tetap kukuh pada keinginannya meski harus menghadapi berbagai penolakan, bahkan pengusiran. Semua itu dilakukan, demi mengungkap penyebab kematian Siyono.
"Setelah ada pernyataaan penolakan, termasuk salah
satunya diusir itu, Bu Suratmi hanya menjawab ke saya: Mas Dahnil,
kalaupun saya harus terusir hanya karena saya mencari keadilan, bumi Allah itu
luas, Mas. Akhirnya Muhammadiyah memutuskan terus mengadvokasi, hingga
proses mencari keadilan oleh Bu Suratmi ini tuntas," ungkap Dahnil
kepada KBR, Jumat (01/04/2016).
Untuk itu, Pengurus Pusat PP Muhammadiyah juga telah
menyiapkan tempat tinggal baru untuk istri terduga teroris asal Klaten
tersebut, jika memang nantinya warga betul mengusir.
"Dan
kalaupun ada usaha aparat desa setempat untuk mengusir Suratmi karena
proses dia mencari keadilan, terlepas kami tidak tahu aparat desa
ditekan oleh pihak mana. Tapi yang jelas, Muhammadiyah memutuskan akan
membantu Ibu Suratmi selain mengadvokasi. Kalau betul dia diusir dari
desa karena mencari keadilan maka Muhammadiyah akan menyediakan tempat
tinggal baru dan membantu kebutuhan ekonomi Suratmi dan anak buahnya,"
katanya.
Sebelumnya, keluarga Siyono menerima surat pernyataan
penolakan autopsi yang mengatasnamakan warga setempat. Surat itu berisi
tiga poin, di antaranya: larangan menggelar autopsi Siyono, jika tetap
menggelar harus dilakukan di luar desa, dan ketiga, jika autopsi jadi
dilakukan di luar desa maka jenazah Siyono tak boleh kembali dikuburkan
di desa itu. Selain itu, surat tersebut juga meminta istri Siyono angkat
kaki dari desa.