KBR, Jakarta– Sejarawan menyatakan materi di buku sejarah tentang tragedi 1965 yang terbitan zaman orde baru dan pasca-orde baru tidaklah berbeda. Sejarawan Yosef Djakababa mengatakan, materi sejarah di kedua periode sama-sama tidak lengkap dan menyembunyikan beberapa fakta.
“Banyak ya, kisah yang beredar saat ini berfokus pada periode pasca 1 Oktober. Namun, baik pada periode orde baru maupun pasca-ode baru, ada beberapa kemiripan bagaimana narasi itu muncul. Pada periode orde baru dan pasca-orde baru, ada penyederhanaan naratif. Kemudian ada narasi yang senyap, tidak dibicarakan. Pada masa Orba, kisah pembantaian dianggap tidak pernah ada. Pada pasca-Orba, kisah pembunuhan para jenderal menjadi lebih senyap,” kata Yosef di Hotel Aryaduta, Selasa (19/04/16).
Yosef mengatakan, materi sejarah tentang tragedi 1965 dari zaman Orba dibuat untuk mudah dipelajari dan dicerna masyarakat. Sehingga, materi sejarah saat itu memberikan pembeda yang jelas antara tokoh protagonis dan antagonis. Tragedi pasca 1 Oktober 1965 juga sama sekali tidak dibahas, hingga banyak yang tidak tahu peristiwa itu. Padahal, tragedi 1965 sangat komplek dan terbangun dari ketegangan politik dan disusun untuk menjamin kelangsungan hidup rezim itu. Penyebaran materi sejarah itu juga sangat gencar, mulai dari buku sejarah, peringatan hari besar, pembangunan museum, film, dan kurikulum di sekolah.
Sementara itu, kata Yosef, buku sejarah pada pasca-Orba justru makin sedikit memuat materi tentang tragedi 1965. Informasi yang berkurang misalnya soal pembunuhan beberapa jenderal pada 1 Oktober 1965. Apalagi, kata Yosef, situasi semakin diperburuk dengan posisi mata pelajaran di sekolah yang semakin berkurang.
Yosef menjelaskan, pengertian sejarah berupa representasi dari masa lalu secara utuh yang menggunakan data yang sahih dan dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga, kata dia, negara bertanggung jawab memenuhi kebutuhan informasi tentang tragedi 1965 secara utuh. Dia mengatakan, materi sejarah yang saat ini beredar, termasuk di sekolah, hanya berfokus pada peristiwa 1 Oktober 1965 dan pasca-1 Oktober 1965. Padahal, ada cerita panjang sebelum peristiwa itu terjadi, yaitu sejak perang dingin antara blok Amerika Serikat yang mengusung demokrasi dan blok Uni Soviet yang mengusung komunisme.
Sejak kemarin, digelar simposium nasional untuk menyelesaikan persoalan pelanggaran hak asasi manusia pada tragedi 1965. Pada akhir acara nanti, simposium ini akan menghasilkan rekomendasi untuk pemerintah agar segera menyelesaikan tragedi pelanggaran ham berat tahun 1965.
Editor: Rony Sitanggang