Bagikan:

Simposium Tragedi 1965, Ini Penyebab Ketua PBNU Minta Maaf

"Kalau seandainya ternyata yang dilakukan oleh NU itu menyakitkan, bapak-bapak menderita, kami mohon maaf. Itu gambaran verbal yang sangat jujur,"

NASIONAL

Selasa, 19 Apr 2016 15:51 WIB

Author

Yudi Rachman

Simposium Tragedi 1965, Ini Penyebab Ketua PBNU Minta Maaf

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Imam Aziz saat menyampaikan pandangan dalam Simposium Nasional Tragedi 1965 hari kedua, Selasa (19/04). (Sumber: Youtube)

KBR, Jakarta- Ada rantai komando yang jelas dalam pembunuhan dan penyiksaan dalam kasus pelanggaran HAM 1965/1966. Menurut  salah satu Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Imam Aziz yang ikut mendirikan Syarekat Indonesia, terlihat jelas sekali ada rantai komando dalam kejadian tahun tersebut.

Kata dia, terjadi banyak pelanggaran dalam rantai komando yang mengakibatkan banyak pembunuhan dan penyiksaan. Kata Aziz, NU dilibatkan oleh tentara karena jumlah tentara yang terbatas untuk melawan PKI,

"Kata pak Sintong, karena pasukannya sedikit merekrutlah dari Anshor, Muhammadiyah untuk menangkap. Ini terkonfirmasi. Bahwa tidak ada perang sebenarnya di situ. Ada komando dan rantai komando yang jelas. Yang kita pertanyakan itu apa isi komando sebenarnya? Apakah isi komando itu dijalankan dengan baik dan benar?  Apakah ada penyimpangan? Apakah komando itu tahu kalau ada penyimpangan? Itu yang harus diklarifikasi. Kalau menurut pak Sintong, penyimpangan di lapangan luar biasa, penyiksaan di lapangan luar biasa," jelasnya dalam Simposium Nasional di Jakarta, Selasa (19/4/2016)

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Imam Aziz  mengatakan, Nahdatul Ulama sebagai ormas Agama juga meminta maaf jika NU membuat korban pelanggaran HAM menderita,

"Kalau seandainya ternyata yang dilakukan oleh NU itu menyakitkan bapak-bapak menderita, kami mohon maaf. Itu gambaran verbal yang sangat jujur," katanya.
 


Editor: Rony Sitanggang

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending