Bagikan:

Saksi Hidup 65: PKI Tidak Bertanggungjawab Pada Kebakaran di Kalimantan

Hasil penyelidikannya, ada seorang yang dikenali warga sebagai anggota militer, ada di lokasi kebakaran

BERITA | NASIONAL

Selasa, 19 Apr 2016 18:17 WIB

Author

Ria Apriyani

Saksi Hidup 65: PKI Tidak Bertanggungjawab Pada Kebakaran di Kalimantan

Suasana simposium tragedi 65

KBR, Jakarta- Ketika situasi politik memanas tahun 1965-1966, PKI dituding menjadi dalang kekacauan di berbagai tempat. Satu di antaranya kebakaran yang terjadi di beberapa titik di Kalimantan. Saat itu Sukatno bertugas sebagai Brimob di Kampung Baru, Kalimantan.

Sehari setelah kebakaran terjadi, Sukatno ingat harian Suara Rakyat menyebut bahwa pelaku pembakaran adalah PKI. Ini menyebabkan orang-orang yang diduga PKI, simpatisannya, bahkan merembet ke Serikat Buruh Pertamina saat itu, ditahan. Diantara orang yang ditahan terdapat pamannya.

"Saya tanya ke lik (paman-red) saya. Lik memang benar PKI yang bakar itu? Berarti PKI jahat kalau gitu! Lik saya bilang bukan," ujar Sukatno kepada KBR, Selasa (19/4/2016).

Sukatno ingin mencari fakta mengenai pelaku pembakaran. Ia berpikir jika PKI memang benar ingin menjegal pemerintah, mengapa harus membakar rumah warga dan bukannya kilang Pertamina di kawasan itu. Kata Sukatno jika saat itu PKI membakar kilang itu, negara akan bangkrut.

Dia akhirnya menemui warga-warga yang kampungnya dibakar. Sukatno memutuskan menanyai kronologi kejadian dari versi korban. Dari keterangan warga di tiap kampung dia menemukan satu kesamaan.

Sukatno memaparkan setiap terjadi kebakaran, di lokasi selalu ada seseorang berpakaian sipil namun warga mengenali mereka sebagai anggota militer. Orang tersebut sebelumnya diam saja. Ketika warga sibuk memadamkan api, orang itu akan mengambil ember yang sudah ada di dekatnya dan seolah ikut memadamkan api. Namun, warga mengaku curiga dalam ember tersebut adalah campuran bensin dengan air. Sebab, setiap kali hal itu terjadi, api justru semakin membesar.

Selama ini Sukatno tidak berani bersuara. Ia diam karena takut keselamatannya terancam. Ayahnya di Madiun, “diambil” karena terdaftar sebagai anggota PKI. Baru setelah para penyintas 65 membentuk lembaga penelitian tragedi 65 dan kelompok solidaritas korban lah, Sukatno berani bersuara. 

Editor: Dimas Rizky

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending