KBR, Jakarta- Ketika situasi politik memanas tahun 1965-1966, PKI dituding menjadi dalang kekacauan di berbagai tempat. Satu di antaranya kebakaran yang terjadi di beberapa titik di Kalimantan. Saat itu Sukatno bertugas sebagai Brimob di Kampung Baru, Kalimantan.
Sehari setelah kebakaran terjadi, Sukatno ingat harian Suara Rakyat menyebut bahwa pelaku pembakaran adalah PKI. Ini menyebabkan orang-orang yang diduga PKI, simpatisannya, bahkan merembet ke Serikat Buruh Pertamina saat itu, ditahan. Diantara orang yang ditahan terdapat pamannya.
"Saya tanya ke lik (paman-red) saya. Lik memang benar PKI yang bakar itu? Berarti PKI jahat kalau gitu! Lik saya bilang bukan," ujar Sukatno kepada KBR, Selasa (19/4/2016).
Sukatno ingin mencari fakta mengenai pelaku pembakaran. Ia berpikir jika PKI memang benar ingin menjegal pemerintah, mengapa harus membakar rumah warga dan bukannya kilang Pertamina di kawasan itu. Kata Sukatno jika saat itu PKI membakar kilang itu, negara akan bangkrut.
Dia akhirnya menemui warga-warga yang kampungnya dibakar. Sukatno memutuskan menanyai kronologi kejadian dari versi korban. Dari keterangan warga di tiap kampung dia menemukan satu kesamaan.
Sukatno memaparkan setiap terjadi kebakaran, di lokasi selalu ada seseorang berpakaian sipil namun warga mengenali mereka sebagai anggota militer. Orang tersebut sebelumnya diam saja. Ketika warga sibuk memadamkan api, orang itu akan mengambil ember yang sudah ada di dekatnya dan seolah ikut memadamkan api. Namun, warga mengaku curiga dalam ember tersebut adalah campuran bensin dengan air. Sebab, setiap kali hal itu terjadi, api justru semakin membesar.
Selama ini Sukatno tidak berani bersuara. Ia diam karena takut keselamatannya terancam. Ayahnya di Madiun, “diambil” karena terdaftar sebagai anggota PKI. Baru setelah para penyintas 65 membentuk lembaga penelitian tragedi 65 dan kelompok solidaritas korban lah, Sukatno berani bersuara.
Editor: Dimas Rizky