KBR, Jakarta- Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) membantah terjadi konflik di Distrik Gika dan Panaga, Kabupaten Tolikara sejak 9 April 2016. Konflik disebut menyebabkan 32 warga terluka, satu orang tewas dan puluhan rumah terbakar.
Juru bicara Polri, Agus Rianto mengklaim, informasi yang disampaikan Feri Kagoya selaku kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tolikara itu tidak benar.
"Sudah kita konfirmasi ke Polda Papua maupun Kapolres Tolikara bahwa informasi tersebut tidak benar," kata Juru bicara Polri, Agus Rianto di Mabes Polri, Senin (25/05/2016).
Agus menjelaskan, pada 9 April 2016 Polri mendapatkan informasi dari masyarakat ditemukan mayat seorang laki-laki atas nama Dekimus Nimbo. Ia merupakan pegawai negeri di Dinas Kependudukan Kabupaten Tolikara. Saat polisi tiba di lokasi mayat tersebut sudah diproses secara adat.
"Setelah kejadian tanggal 9 April sampai sekarang tidak ada kejadian apapun di wilayah kabupaten Tolikara," jelas Agus.
Sebelumnya kondisi di dua distrik, Gika dan Panaga, Kabupaten Tolikara,
Provinsi Papua disebut mencekam. Bahkan, kata Kepala Pelaksana BPBD
Tolikara, Feri Kagoya, kemungkinan akan ada bentrok susulan antara kedua
belah pihak.
Kata Feri, meski TNI-Polri dan pihak terkait telah datang untuk
mendamaikan, konflik masih tinggi karena ada dendam antar suku. Dendam
dipicu karena salah satu warga dari Distrik Panaga tewas dalam bentrokan
tersebut. BPBD dan pemerintah daerah juga telah melakukan penanganan
darurat, namun APBD Tolikara yang terbatas membuat bantuan tersendat.
“Kondisi itu melemahkan, Kondisi kedua kubu karena ada kekerabatan, mereka saling serang. Maka mungkin informasi yang berkembang sekarang ada perang susulan lagi, karena ada membangun kekuatan lagi untuk saling serang,” kata Feri kepada KBR, Minggu (24/4/2016).
Konflik sosial terus berlangsung di Distrik Gika dan Distrik Panaga,
Kabupaten Tolikara Provinsi Papua sejak 9 April 2016 hingga hari ini.
BPBD Kabupaten Tolikara melaporkan kejadian ini kepada posko Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk meminta bantuan. Penyebab
konflik sosial adalah persoalan pembagian bantuan dana respect yang
dinilai tidak adil antar distrik.
Bantuan Respect adalah bantuan daerah untuk setiap desa di Kabupaten Tolikara. Satu desa akan mendapatkan dana sebesar Rp100 juta, yang digunakan untuk pembangunan desa. Menurut Feri, bantuan tersebut sudah disalurkan ke 2 distrik itu.
Tercatat satu orang meninggal dunia, 17 orang luka berat dan 15 orang luka ringan selama bentrokan. Selain itu, sebanyak 95 unit rumah terbakar dan terjadi kerusakan pertanian, penjarahan ternak serta kehilangan harta benda. Meski demikian, kerugian keseluruhan masih dalam perhitungan BPBD Tolikara.
Editor: Rony Sitanggang