KBR, Jakarta - Pusat Kajian Tahanan menilai kaburnya para tahanan narkoba di lapas Badan Narkotika Nasional (BNN) karena kualitas lapas tidak memenuhi standar sehingga mudah dibobol.
Pengamat Tahahan dari Pusat Kajian Tahanan (Center Detention Studies) Gatot Goei mengatakan selama ini pemerintah kurang memperhatikan kualitas bangunan gedung lapas. Menurutnya, bangunan lapas harus 10 kali lipat lebih kuat dan memiliki mesin detektor untuk mengontrol orang-orang yang keluar masuk lapas.
"Pemerintah belum betul-betul fokus pada persoalan lapas atau tempat-tempat tahanan kita. Banyak sekali tempat-tempat tahanan kita itu kualitasnya biasa-biasa saja maksudnya bisa ditembus,” papar Gatot kepada KBR, Rabu (1/4/2015).
“Kualitasnya malah sama persis dengan bangunan-bangunan pada umumnya, padahal kan ini objek vital. Terus kemudian sistem keluar masuk orang itu harusnya bisa terkontrol orang per orangnya gitu. Apalagi kualitas dari tralisnya itu harus 10 kali lipat.”
Dia menambahkan, pemerintah juga seharusnya memperlakukan para tahanan secara khusus sehingga mereka tidak mudah kabur. Apalagi bagi mereka yang memiliki latar belakang semi militer, harus ditempatkan pada lapas yang berbeda pula.
Sebelumnya, 10 orang tahanan melarikan diri dari sel dengan cara menjebol tembok, jeruji besi dan teralis di Gedung Direktorat Pengawasan Tahanan BNN, Selasa (31/3/2015).
Diduga para tahanan yang kabur itu melarikan diri melalui gedung Rumah Sakit Otak yang bangunannya bersebelahan persis dengan lapas.
Editor: Antonius Eko