KBR, Jakarta – TNI Angkatan Udara (AU) rencananya akan menambah empat armada pesawat tanpa awak untuk mengawasi wilayah perbatasan. Pesawat tanpa awak juga akan dimanfaatkan untuk mengawasi praktek penebangan pohon secara illegal (illegal logging). Manajer Program Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi (BPPT) Akhmad Rifai mengatakan, empat pesawat alap-alap ini akan memperkuat skuadron TNI AU di Pontianak, Kalimantan Barat. Kata Rifai, saat ini hanya tiga pesawat alap-alap yang dimiliki Indonesia. Padahal fungsinya sangat dibutuhkan untuk memantau kemanan dan perbatasan negara.
“Untuk mendukung program TNI. Salah satunya adalah mendukung teritorial kita, selama ini operasional pengawasan untuk illegal logging, perbatasan itu masih kurang. Makanya untuk pesawat tanpa awak ini butuh sekali untuk ciptakan NKRI yang seutuhnya,” kata Rifai kepada KBR, Senin (13/4/2015).
Rifai menambahkan, pesawat alap-alap rancangan BPPT bisa dilengkapi dengan kamera maupun video perekam. Pesawat ini lebih murah daripada pesawat yang memakai awak. Bahan bakarnya pun hanya memakai Pertamax, yang bisa ditemukan di pasaran. Pesawat seberat 22 kg ini bisa terbang di udara hingga enam jam. Sebelumnya, tiga pesawat yang sudah dimiliki pihak kemanan dan pertahanan Indonesia dirancang oleh BPPT dan diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia.
Editor: Malika