KBR68H -Surakarta, Sekelompok warga kota Surakarta menggelar aksi keprihatinan kasus kekerasan seksual yang terjadi di TK Jakarta Internasional School atau JIS. Juru bicara aksi, Haristanto mendesak pemerintah bersikap tegas pada pengelola sekolah dan pelaku kekerasan anak tersebut. Menurut Haristanto, kasus yang terjadi tersebut menjadi peringatan bagi orang tua, masyarakat, dan pengelola sekolah di Indonesia.
“Ini aksi teatrikal dengan membawa papan nama JIS, Jakarta Internasional School. Tiga orang memakai panco atau mantel berkerudung warna hitam sebagai bentuk teror. Kasus ini pemerintah tidak tegas, kasus terjadi di sekolah, sedangkan sekolahnya tidak berijin, kenapa hal ini dibiarkan? Di sisi lain, JIS itu kelewatan, sekolah yang harusnya menjadi rumah kedua bagi anak yang aman dan nyaman, justru terjadi kasus kekerasan seksual. Ini sebuah potret buram pendidikan di Indonesia. Jadi idealnya sekolah tersebut ditutup, begitu juga sekolah lainnya yang berkasus sama. Pesan aksi kami, sekolah jadi tidak aman, JIS sekolah semahal itu saja tidak aman apalagi yang sekolah murah, sekolah negeri, ini kan ngeri,” jelas Haristanto.
Dalam aksinya tersebut, empat orang memakai pakaian mantel warna hitam menggendong seorang anak dan menggandeng satu orang anak lainnya. Poster tulisan JIS singkatan dari Jakarta Internasional School terbentang dalam aksi yang terjadi di ajang Car Free Day kawasan Sriwedari kota Surakarta, Minggu pagi (27/4).
Kasus kekerasan seksual pada anak-anak siswa TK Jakarta Internasional School mencuat beberapa pekan ini. Polisi menetapkan 5 tersangka dan menahannya di Polda Metro Jaya. Salah seorang tersangka tersebut ditemukan bunuh diri di tahanan. (Baca: Tersangka Kasus Pelecehan di JIS Bunuh Diri).
Editor: Rumondang Nainggolan