KBR68H, Jakarta – Negara merugi sebesar Rp 56 triliun per tahun akibat kebiasaan masyarakat Buang Air Besar (BAB) sembarangan.
Anggota Jejaring Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Eka Setiawan mengatakan, angka ini muncul dari dampak kebiasana buruk BAB sembarangan yang sulit dihentikan, serta minimnya kesadaran sanitasi masyarakat.
“Bisa jadi pengobatan. Terus kalau dia sakit, kalau air itu tercemar, uang keluar untuk membuat air supaya tidak tercemar. Kalau dirupiahkan, itu mencapai Rp 56 triliun,” kata Eka dalam program Sarapan Pagi KBR68H (15/4).
Menurut Eka, Jejaring Air Minum dan Penyehatan Lingkungan sempat ada subsidi bagi warga miskin untuk membangun jamban jika belum punya. Tapi setelah program ini selesai, ternyata jamban tetap tidak digunakan.
(baca juga: Kampanye Stop BAB Sembarangan)
“Karena warga sudah punya kebiasaan BAB sembarangan sejak kecil,” jelasnya.
Bank Dunia menyebutkan, 57 juta orang BAB sembarangan di Indonesia dan 40 juta diantaranya tinggal di pedesaan. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan ada 109 juta orang Indonesia yang belum punya akses ke fasilitas sanitasi yang layak dan air bersih. Pemerintah sebetulnya menargetkan Indonesia bebas BAB sembarangan tahun ini.
Editor: Citra Dyah Prastuti