KBR68H, Jakarta - Para penyadang autis masih mendapat perlakuan diskriminasi di dunia pendidikan. Bahkan, untuk sekolah inklusi, penyandang disabilitas ini tak mendapat pendidikan yang bermutu.
Kesimpulan ini disampaikan Ketua Umum Yayasan Autisme Indonesia, Melly Budiman terkait Bulan Autisme yang diperingati di seluruh dunia. Menurut pengamatan Melly, penyandang autis kerap dididik oleh guru-guru yang tak dibekali pendidikan khusus autis.
"Sehingga kadang-kadang di sekolah inklusi, akan tetapi pendidikannya tidak tepat. Nggak diapa-apain. Dibiarin, misalnya. Gurunya tidak mengerti. Dijadikan bulan-bulanan oleh teman-temannya. Harus diberi pengetahuan dulu guru-gurunya itu," ungkap Melly saat Sarapan Pagi bersama KBR68H.
Melly Budiman menambahkan dalam satu bulan ke depan lembaganya akan melakukan serangkaian kegiatan untuk mengadvokasi penyadang autis. Di antaranya pemberian pengetahuan kepada masyarakat tentang autisme.
Di bulan ini, dunia memperingati autisme sebagai bagian dari masyarakat. Di Jakarta, pemerintah provinsi berjanji akan fokus pada pemberian pelatihan dan sosialisasi dalam program Jakarta Ramah Autisme. Program ini untuk menghilangkan pandangan autisme sebagai kutukan.
Gubernur Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mencanangkan program Jakarta Ramah Autisme pada April tahun lalu. Jokowi berjanji memberikan berbagai fasilitas kepada penyandang autis di antaranya, sekolah, lingkungan yang ramah, serta ruang terbuka hijau.
Editor: Antonius Eko