KBR68H, Jakarta - Jika kita bicara soal penyandang autisme, maka yang lebih sering diangkat ke permukaan adalah soal cara mendeteksi autisme sedini mungkin atau soal pendidikan bagi anak-anak autistik. Bagaimana dengan anak-anak autistik yang bertumbuh dewasa? Di mana mereka harus memperoleh pendidikan?
Lembaga Pendidikan Lanjutan Individu Autistik Lentera Asa bisa jadi salah satu rujukan. Di sini, anak bisa bertumbuh dewasa terus mengembangkan diri dengan segala keistimewaan mereka.
Lentera Asa mulai beroperasi pada Juli 2011 dan dengan tiga siswa yang belajar di sana. Ketiga siswa itu adalah anak pendiri Lentera Asa, salah satunya adalah anak Delly Kurniawati yang kini menjabat sebagai Kepala Sekolah. Sekarang, ada 8 siswa di sana.
Delly bercerita, sekolah yang beralamat di Jalan Ciangsana No 60, Gunung Putri, Bogor ini berdiri lantaran ada kebingungan dari orangtua remaja autis.
Menurut Delly, setiap individu autistik juga punya perkembangannya sendiri dan ini yang harus disesuaikan dengan kehidupan nyata.
"Kalau anak autistik sesudah remaja mereka sadar diri. Mereka tahu bisa atau tidak. Nah, saat itu sudah harus kita arahkan sesuai dengan kelebihan dan kekurangannya. Sehingga terbetuk menjadi pribadi dewasa, mandiri dan produktif," jelas perempuan 40 tahunan itu.
Kesulitan guru
Menurut Delly, saat ini sekolah lanjutan untuk remaja autis masih jarang ada. Sebab tak mudah mendirikan sekolah seperti ini, terutama untuk menyiapkan tenaga pengajarnya.
Kesulitan ini terus dialami selama tiga tahun belakangan. Sebab untuk menjadi guru atau pembimbing remaja autis wajib punya tiga syarat ini: sabar, punya inisiatif dan kreatif.
"Kalau sabar itu harus. Kalau inisiatif itu dia bisa cari-cari cara sendiri untuk menghadapi anak-anak autis. Kan masing-masing anak berbeda perlakuan. Misal kalau perintah ke anak itu tidak bisa dengan perkataan, yah dengan gerakan, atau kalau belum bisa cari lewat bahasa gambar," jelas Delly.
Proses menjadi kadidat guru ini yang sulit. Kadang ada yang baru lihat muridnya, lalu tidak muncul lagi. Atau sudah mencoba bekerja, lalu mengundurkan diri.
"Mungkin ini sesudah mengajar siswa, cara anak berkomunikasi kan tidak sama. Kalau tidak merasa nyaman, cara ekspresinya kadang juga beda," jelasnya.
FOTO: Sekolah Autisitik
Mata pelajaran
Jika pada umumnya siswa belajar berbagai macam pelajaran umum, khusus di Lensa Asa fokus pada pembelajarannya adalah agar remaja autistik dapat mandiri dan produktif.
Termasuk menghidupi dirinya sendiri, serta mengurus kebutuhannya secara mandiri kelak. Itu sebabnya Lentera Asa tidak mengharuskan siswa selesai dalam batas tertentu. Di Lentera Asa setiap siswa justru mempunyai program pribadi disesuaikan dengan kelebihan dan kekurangannya.
Program ini dirancang sejak awal semester dan dievaluasi setiap bulannya.
Sekolah ini mengajarkan pelajaran akademis seperti baca tulis, bahasa, matematika, pengetahuan umum dan sains. Selain itu pelajaran budi pekerti dari sisi konsep agama dan sosial, dan juga pelajaran pengetahuan komputer.
Untuk pelajaran non akademis remaja autistik disiapkan untuk biasa urus keperluannya sendiri seperti memasak, mencuci, membersihkan lingkungan, sampai belajar keterampilan untuk latihan kerja dan sosialisasi.
"Siswa yang sudah siap dan mampu dilibatkan, dari persiapan memasak, seperti berbelanja di pasar, memotong bahan makanan, sampai ke kegiatan memasak tersebut. Seperti menggoreng merebus dan sebagainya. Sementara siswa yang belum siap, tetap dilibatkan sesuai dengan kemampuan dan pemahamannya," kata Delly.
Apa yang dipelajari remaja autis di sekolah? Baca di sini.
Biaya sekolah
Tidak semua remaja autis bisa diterima sekolah di Lentera Asa.
"Untuk sekolah autistik remaja ini harus diseleksi dulu. Kalau memang tidak memenuhi syarat, tidak bisa langsung sekolah," jelas Delly.
Syarat utama adala usia 12 tahun ke atas atau sudah tamat SD serta mengurus diri sendiri seperti urusan toiletting, berpakaian dan makan. Selain itu si anak harus nisa mengungkapkan keinginan yang dipahami orang lain selain keluarga.
"Mereka juga bisa menjawab pertanyaan dengan 'ya' atau 'tidak'. Dapat mengatur perilaku ketika merasa tidak nyaman. Lainnya bisa dikendalikan orang lain hanya dengan mengarahkan verbal," papar Delly.
"Kami ada proses percobaan dan ada penilaian selama 7 kali pertemuan. Bilamana calon siswa memenuhi persyaratan, maka orangtua menunda demi kebaikan anak. Bukan tidak mungkin, sesudah anak disiapkan oleh keluarganya, dia dapat kembali mencoba dan pada akhirnya bisa bergabung di pendidikan lanjutan individu autisme Lentera Asa ini," jelas Delly.
Untuk semua itu, biaya pendidikan setiap bulan bervariasi, tergantung program yang diambil. Kisarannya Rp 1,5 sampai 3 jutajuta perbulan.
Seperti apa kurikulum pelajaran yang disiapkan Lentera Asa untuk remaja autis di sekolah mereka?
Editor: Citra Prastuti