KBR68H, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menjawab pernyataan berbagai isu kepemiluan sampai peta politik partainya. dalam pernyataan itu, SBY juga menanggapi 3 calon presiden terpopuler.
Itu dikatakan SBY dalam dialog 'Suara Demokrat' yang diunduh dalam situs Youtube. Dalam dialog yang sudah dibaca 4 ribuan orang lebih.
Pernyataan SBY itu diunggah lewat Youtube, Jumat (16/4) kemarin. Dengan mengenakan kemeja putih, Presiden yang berkuasa selama 10 tahun lugas dan santai menjawab pertanyaan presenter Michello Loebis. Video itu sepanjang 14.41 menit.
Berikut kutipan pernyataan SBY:
Kita sudah melaksanakan pemilu legislatif 2014 dan kita sudah mengetahui hasilnya dari proses hitung cepat, dibanding tahun lalu hasil perolehan suara Partai Demokrat turun, bagaimana perasan Anda?
Ya, terus terang di satu sisi para kader demokrat sedih dan kecewa perolehan kami menurun cukup tajam dibandingkan pemilu 2009 lalu. Namun sebenarnya kami juga bersyukur, sebab survei-survei, bahkan 1 bulan sebelum penurunan suara, elektabilitas Partai Demokrat rendah, 5 sampai 7 persen. Tapi setelah kami sampai 10 persen, itu tidaklah buruk. Dan sebenarnya semuanya bisa dijelaskan. Makanya Michello, masih ingat setelah perhitungan cepat hampir rampung, saya memberikan statement, intinya Partai Demokrat menerima sepenuhnya hasil pemungutan suara tahun ini.
Tidak pernah mengatakan pemilu kali ini curang, kami bisa menerima sepenuhnya dengan lapang dada. dan sekaligus saya mengucapkan selamat kepada partai-partai politik yang memiliki suara yang tinggi. Lebih khusus kepada PDI perjuangan, Golkar dan Gerindra.
Tentu ini pengalaman baru, kita pernah menang dan sekarang kita merasa tidak berhasil menang. Tapi saya selalu mengajak para kader dan konstituen untuk mengambil hikmah dan pelajaran. Kalau kita menang dan kalau pun kita kalah. Sebab bagi saya kekalahan itu sebuah kemenangan tertunda. Dan mana kala 5 tahun mendatang ini Partai Demokrat melakukan langkah-langkah untuk berbenah diri dan meningkatkan kemampuan diri, Insya Allah masa depan Partai Demokrat akan cerah, mana kala Partai Demokrat di masa depan kembali kuat, maka Partai Demokrat bisa lebih berkontribusi bagi pembangunan bangsa dan tentunya bagi kepentingan seluruh rakyat Indonesia.
Dinamaika politik saat ini tengah didominasi oleh percaturan menuju pemilihan presiden. Dapat kita lihat setiap harinya elit politik bicara mengenai koalisi dan pasangan capres dan cawapres. Namun Partai Demokrat sepertinya terlihat lebih tenang dan tidak mengambil manuver politik tertentu menuju pemilihan presiden, apa benar begitu?
Iya sebenarnya saya punya falsafah dan prinsip, dan ini juga yang dianut oleh para kader Partai Demokrat. Bahwa untuk urusan yang sangat penting misalnya menetapkan siapa capres dan cawapres yang akan didkung oleh Partai Demokrat, menetapkan apakah Partai Demokrat berada dalam koalisi atau memilih ke dalam kekuata oposisi, ini sekali masalah yang sangat pentinf dan akan menentukan perpolitikan kita 5 tahun mendatang.
Dan satu hal saya kira kita tahu pelajaran psikologi kalau kita sedang sedih, sedang kecewa, sedang emosional, apalagi sedang marah, jangan lah kita mengambil keputusan yang penting, janganlah kita memiliki sikap yang berdampak luas di masa depan. Biarkan semua menata hatinya masing-masing, maksud saya di jajaran Partai Demokrat, setelah itu secara rasional dan tidak emosional kita pikirkan bagaimana baiknya.
Bagi Partai Demokrat tentunya akan segera kami ambil pilihan apakah mendukung calon presiden dan wakil, presiden tertentu dan saya memberikan endorsmen secara pribadi atau tidak begitu. Dan oleh karena itulah saya juga paham dan banyak sekali manuver-manuver politik dan perbincangan di sana-sini, koalisi pasangan capres dan cawapres.
Partai Demokrat memilih untuk tenang, terus melakukan pemetaan peta politik yang baru pasca pemilu legislatif ini. Sehingga pada saatnya nanti kami akan bisa mengambil posisi yang lebih baik, baik untuk partai demokrat, baik bagi untuk rakyat kita secara keseluruhan. Itulah penjelasannya, karena barangkali saudara-saudara menunggu Partai Demokrat seperti apa. Karena saya masih berhemat untuk mengeluarkan statement. Insya Allah dalam waktu dekat saya akan sampaikan pandangan Partai Demokrat secara lebih lengkap.
Isu politik sektarian kembali mencuat di beberapa kalangan, apakah isu seperti ini akan membayangi proses demokrasi di Indonesia? Tidaklah ini berbahaya bagi bangsa kiota yang cukup majemuk?
Ini pertanyaan yang bagus dan penting. Ideologi memang selalu ada dalam percaturan kehidupan berbangsa dan bernegara di mana pun. lantas yang namanya politik sektarian di banyak negara itu juga masih dirasakan eksistensinya, bagi saya Indonesia ini negara yang majemuk. Kita pernah dilanda konflik dan benturan ideologi, ataupun karena politik sektarian yang sebenarnya tidak baik bagi bangsa yang majemuk.
Saya berpendapat sebaiknya kita dalam rangka memasuki era politik yang modern, janganlah terlalu mengedepankan pikiran-pikiran yang sangat ideologis. Apalagi ideologi masa lalu. Seperti tahun 50, 60, 70-an, komunis sosialisme berhadapan dengan kapitalisme libralisme sepeti itu. Atau pun politik sektarian benturan antara promurdialisme di negeri kita. Misalnya Islam lawan non Islam, menurut saya tidak sehat.
Dan kita harus kalau berkompetisi antara partai politik yang dikompetisikan adalan platform, visi, agenda dan barangkali solusi yang akan ditempuh untuk menyelesaikan permasalahan bangsa yang kompleks dan berkembang. Dalam kaitan itulah rakyat Indonesia mengetahui selama 10 tahun saya memimpin negeri ini, saya ingin politik kita tidak dipengaruhi pikiran-pikitan yang sektarian. dan jauh lebih baik dari itu.
Dengan demikian rakyat bisa membedakan platform atau pun visi atau visi atau pun agenda dari partai politik yang nanti visi dan kebijakan yang ditawaran para presiden mendatang. Partai Demokrat bertekat selama ini mejadi partai tengah, partai yang modern, sekaligus partai yang menawarkan gagasan yang segar. Bagaimana bangsa ini lebih baik di masa depan.
Demokrat siap beroposisi dan berkoalisi, bagaimana pernjelasan Anda?
Betul, dan itu masih jadi pilihan Partai Demokrat. Sekarang ini bahwa manakala Partai Demokrat bisa berkoalisi dengan yang lain sepanjang platformnya ada kesesuaian, visi dan kebijakan yang ditawarkan tidak bertentangan tanjam, lantas ada ketulusan bagi teman-teman untuk mengajak Partai Demokrat untuk berkoalisi. Maka koalisi itu menjadi pilihan yang baik. Karena Partai Demokrat ada di pemerintahan dan ikut berjuang untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Tetapi kalau itu tidak terjadi, dan Partai Demokrat diajak untuk berkoalisi sekadar melengkapi angka atau persentse, kemudian tidak mempunyai ukuran yang signifikan di situ, tentu tidak banyak bermanfaat Partai Demokrat dalam sebuah koalisi. Kami mempunyai kemerdekaan untuk memilih nanti apakah koalisi atau mandiri, termasuk kemungkinan menjadi kekuatan oposisi. Tentu oposisi yang cerdas, bijak, dan membawa manfaat untuk rakyat. Ini lah proses politik yang kami tempuh.
Indonesia mempunyai capres papan atas, Jokowi, Prabowo dan Aburizal Bakrie. Apakah PD mempunyai capres sendiri dan bagaimana kelanjutan konvensi?
Dalam sebuah debat peserta konvensi, di Bogor sekitar 2 bulan yang lalu, saya sampaikan saat itu di hadapan para kandidat peserta konvensi. Jika Partai Demokrat meraih suara yang cukup kuat 15 persen misalnya. Maka sangat mungkin Partai Demokrat akan mencalonkan capresnya sendri. Dan itu lah waktu itu saya mengajak kader dan simpatisan Partai Demokrat untuk berjuang sekuat tenaga.
Nah yang kedua juga saya sampaikan para peserta konvensi juga harus berusaha sekuat tenaga, meningkatkan elektabilitas masing-masing. Survei mengatakan elektabilitas peserta konvensi masih relatif rendah, belum setinggi elektabilitas Pak Jokowi, Pak Prabowo atau Pak Aburzal Bakrie. Saya dorong mereka untuk meningkatkan elektabilitasnya.
Karena rakyat tahu kesebelas peserta konvensi itu tokoh-tokoh yang punya potensi yang baik, pengetahunan yang baik. tinggal bagaimana mereka meningkatkan elektabilitasnya. Dan mana kala Partai Demokrat sekarang ini di poisis 10 persen, dan kemudian mana kala survei terakhir yang akan kami laksanakan akhir bulan ini, bagi peserta konvensi, kalau pun tidak cukup tinggi dan tidak bisa bersing dengan para capres papan atas, tentunya Partai Demokrat tahu diri.
Dan andaikata kami tidak mencalonkan capres secara sendiri, tentu Partai Demokrat masih bisa memberikan dukungan kepada capres mana nanti yang akan kami putuskan. Semua logis, menggunakan akal sehat. Saya sampaikan kepada peserta konvensi, terus lah berusaha, mendapatkan elektaboilitas setinggi-tingginya sehingga mendpatkan peluang baru bagi Partai Demokrat untuk kemungkinan mencalonkan capresnya sendiri.