Bagikan:

AIKI : Industri Kakao Butuhkan Kakao Impor

KBR68H, Jakarta - Asosiasi Industri Kakao Indonesia AIKI menyatakan industri pengolahan kakao masih membutuhkan campuran kakao impor.

NASIONAL

Minggu, 20 Apr 2014 14:26 WIB

Author

Nur Azizah

AIKI : Industri Kakao Butuhkan Kakao Impor

AIKI, Kakao, Impor

KBR68H, Jakarta - Asosiasi Industri Kakao Indonesia AIKI menyatakan industri pengolahan kakao masih membutuhkan campuran kakao impor. Ini dilakukan untuk meningkatkan daya saing kakao olahan dalam negeri dengan produk impor asal Malaysia dan Singapura. Direktur Ekskutif AIKI Sindra Wijaya mengatakan, tengah menjalin komunikasi aktif dengan pemerintah untuk menghapus bea masuk lima persen untuk impor kakao mentah dari Afrika. (Baca: Industri Minta Mendag Hapus Bea Masuk Kakao)

"Tujuannya adalah untuk dilakukan blending antara Kakao Indonesia dengan kakao Afrika. Karena memang kedua jenis kakao dari dua negara ini berbeda. Kalau kakao dari Indonesia itu cita rasanya fruti. Sedangkan kalau Kakao dari Afrika citarasanya Milky. Untuk emmproduksi premium cocopowder itu mutlak harus dilakukan blending antara dua jenis kakao yang berbeda ini. Sementara ini permintaan premium cocopowder itu semakin banyak. Indonesia setiap tahun itu masih impor dari Malaysia dan Singapura 10 ribu ton per tahun," kata Wijaya saat dihubungi KBR68H, Minggu (20/04).

Direktur Ekskutif AIKI Sindra Wijaya menambahkan, untuk menghasilkan coklat bubuk premium industri membutuhkan 20 sampai 30 persen kakao Afrika. Sedangkan sisanya sekira 70 sampai 80 persen berasal dari kakao lokal. AIKI mencatat nilai ekspor antara biji kakao dan kakao olahan Indonesia lebih dari 1 miliar dollar AS per tahun.

Sebelumnya, Pemerintah berencana menghapus bea masuk importasi biji kakao. Importasi kakao selama ini dikenakan bea masuk 5 persen.


Editor: Rumondang Nainggolan

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending