KBR68H, Jakarta - Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) memperkirakan pelaku kartel atau persengkongkolan untuk mempermainkan harga bawang merah meraup untung Rp 3.2 triliun. Keuntungan terhitung dalam waktu dua bulan.
Anggota AEPI yang juga Ketua Serikat Petani Indonesia Henry Saragih mensinyalir ada kesengajaan dari kelompok importir untuk menahan stok dan mempermainkan harga bawang merah agar mendapat untung. Apalagi, kebutuhan bawang di Indonesia tergolong tinggi.
“Kemarin itu sudah terhitung mulai dari awal Maret sampai nanti akhir April ini keuntungan dari perusahaan yang bermain di sektor bawang sudah kami hitung-hitung. Indonesia itu kebutuhan bawang merahnya satu bulan itu 80 ribu ton. Dalam dua bulan ini saja bisa mencapai 160 ribu ton. Kalau dia ambil keuntungan Rp 20 ribu, dia ambil dari petani Rp 10 ribu dia jual ke pengecer dia ambil untung Rp 20 ribu, maka dia sudah untung hampir Rp 3.2 triliun,” kata Anggota AEPI Henri Saragih saat ditemui KBR68H di Jakarta.
Anggota Asosiai Ekonomi Politik Indoesia (AEPI) Henri Saragih menambahkan, kartel bawang menjadi bukti pemerintah gagal dalam mengatur tata niaga pangan. Dia memperkirakan gonjang-ganjing harga pangan akan terus terjadi hingga tahun 2014.