Bagikan:

Buah Lokal Bermunculan, Petani Masih Tekor

Pembatasan impor Hortikultura seperti sayuran dan buah, berdampak pada buah lokal yang kini mulai muncul di pasaran

NASIONAL

Selasa, 16 Apr 2013 12:17 WIB

Buah Lokal Bermunculan, Petani Masih Tekor

buah lokal, impor

KBR68H- Pembatasan impor Hortikultura seperti sayuran dan buah, berdampak pada buah lokal yang kini mulai muncul di pasaran. Namun harga buah lokal yang melonjak tidak diimbangi juga dengan pendapatan para petani lokal. 

Ketua Departemen Penataan Produksi dan Usaha Tani Aliansi Petani Indonesia, Muhammad Rifai menyatakan ongkos produksi terutama transportasi menjadi beban yang mengurangi keuntungan para petani buah maupun sayur lokal. Selain itu, tengkulak masih memainkan harga di pasaran, sehingga petani dirugikan.

Di sisi lain, konsumen juga terbebani dengan tingginya harga produk lokal tersebut. Untuk itu, Muhammad Rifai meminta pemerintah membenahi tata niaga produk pertanian lokal, salah satunya insentif bagi petani dan memberantas tengkulak. 

“Sekarang masalahnya antara kabupaten dengan Kementerian Pertanian dan dinas-dinas terkait saja kita tidak bisa terkontrol berapa produksi kita dan dimana larinya barang, semua jalan sendiri-sendiri. Petani sehingga dimana dia menjual susah, akhirnya tengkulak yang bermain. Artinya harga itu tidak terkontrol oleh sistem rantai yang stabil, rantai itu harus diperpendek. Kedua memang harus ada satu insentif berupa satu pembinaan, insentif keuntungan yang signifikan buat petani sehingga petani punya gairah untuk memproduksi buah-buahan,”ujar  Muhammad Rifai  dalam program Sarapan Pagi KBR68H.

Kebijakan pembatasan impor oleh pemerintah yang tidak diimbangi dengan optimalisasi produk lokal, mengakibatkan harga buah impor dan lokal tak kunjung turun. Dampak lanjutannya, sejumlah pedagang di kawasan Pasar Buah Barito, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan terpaksa menutup lapak miliknya. 

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending