Bagikan:

Pesan Dibalik Buku "Nyanyi Sunyi Seorang Bisu Jilid 2" Karya Pramoedya Ananta Toer

Jadi intinya Pramoedya dalam uraiannya itu berbicara tentang satu masalah yang saya kira laten, yaitu soal kemiskinan imajinasi.

NASIONAL

Jumat, 07 Mar 2025 07:15 WIB

Author

Aura Antari

buku

Ilustrasi Kumpulan Buku Karya Pramoedya Ananta Toer. Foto: Instagram @solilokuibuku

KBR, Jakarta- Ketua Senat Akademik Institut Ilmu Kesenian Jakarta (IKJ), Hilmar Farid menilai kemiskinan imajinasi menjadi penyebab revolusi gagal dan krisis terus terjadi di Indonesia. 

Hal tersebut, kata dia, dijelaskan secara rinci dalam buku "Nyanyi Sunyi Seorang Bisu Jilid 2" oleh Pramoedya Ananta Toer.

"Jadi intinya Pramoedya dalam uraiannya itu berbicara tentang satu masalah yang saya kira laten, yaitu soal kemiskinan imajinasi. Kemiskinan imajinasi ini pada dasarnya adalah ketidakmampuan orang untuk membayangkan cara hidup yang berbeda dari yang ada sekarang. Karena kemiskinan imajinasi ini kita sering sekali mengulangi kesalahan yang sama," ujar Hilmar dalam Acara Seratus Tahun Pramoedya Ananta Toer: 'Dari Sastra ke Sejarah, Dari Kemanusiaan ke Perlawanan' di Youtube BRIN Indonesia, Kamis (6/5/2025).

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud periode 2015-2016 itu mengatakan masyarakat tidak mampu membayangkan cara hidup yang berbeda dari kondisi saat ini sehingga terus mengulangi kesalahan yang sama.

"Krisis 1998, krisis 2008, ada pandemi COVID-19, sebentar orang sepertinya kapok dan tobat, tapi kemudian kembali lagi krisis iklim sama halnya. Sebentar sadarkan, kemudian kembali lagi,"

Hilmar juga mengatakan hal tersebut disebabkan berkembangnya budaya populer membuat hampir seluruh media menyuarakan hal yang sama, sehingga tidak ada alternatif berbeda dalam menanggapi sebuah masalah.

"Dan kita masuk di dalam satu situasi di mana banyak sekali kritik, tetapi tidak ada imajinasi. Orang bisa menunjuk ini salah, itu salah, ini kurang, dan seterusnya," tutur Hilmar.

"Tapi kemudian membentuk satu bayangan tentang dunia yang berbeda, dunia alternatif yang memang mendapat katakanlah kakinya di dalam masyarakat itu yang absen,"imbuhnya.

Baca juga:

Makna Peluncuran Buku 'Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah'

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending