Bagikan:

Indonesia Puasa Gelar di All England 2025, Pengamat: Evaluasi Total

Apa yang harus dievaluasi, faktor apa saja yang menjadi penanda evaluasi. Tapi yang jelas, hasil-hasil ini sangat tidak mengembirakan dan menjadi warning.

NASIONAL

Selasa, 18 Mar 2025 10:18 WIB

Author

Aura Antari

ilustrasi

Ilustrasi raket bulu tangkis. Foto: Wikimedia

KBR, Jakarta- Indonesia gagal meraih gelar dalam kejuaraan bulu tangkis dunia All England 2025.

Pengamat olahraga, Ainur Rohman mengatakan dari tujuh turnamen bulu tangkis Tur Dunia Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF World Tour) digelar oleh BWF, Indonesia hanya berhasil meraih satu gelar pada Thailand Masters 2025 oleh ganda putri Lanny Tria Mayasari/Siti Fadia Silva Ramadhanti.

"Artinya, dari tujuh turnamen itu, Pasca Olimpiade ya terutama. Kita hanya membuat satu gelar di tahun 2025 ini adalah sebuah hal yang berbahaya bagi kita. Kalau tidak cepat untuk dievaluasi akan berbahaya," ujarnya kepada KBR, Senin (17/3/2025).

"Apa yang harus dievaluasi, faktor apa saja yang menjadi penanda evaluasi. Tapi yang jelas, hasil-hasil ini sangat tidak mengembirakan dan menjadi warning. Karena apa? Karena kita hanya satu gelar bahkan posisi kita itu di bawah tiga negara ASEAN, di bawah Thailand, di bawah Malaysia, dan yang mengejutkan di bawah Singapura," tambahnya.

Ainur mengatakan Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) harus melakukan pembenahan agar kebutuhan atlet dapat terpenuhi secara maksimal. Diantaranya adaah penyediaan sport science, nutrisionis, tim medis, pelatih fisik, dan psikolog.

"Ada nggak di situ? Nah, dengar-dengar sport science juga tidak maksimal. Psikolognya juga Bu Lili Sudarwati itu yang menjadi kepala tim psikolog, koordinator psikolog di tiap ad hoc itu juga tidak dipekerjakan lagi. Bagaimana bisa mencapai hasil yang maksimal kalau misalnya itu tidak dibenahi," ucap Ainur.

"Ketika atletnya itu muncul sebagai juara, artinya tim pendukungnya itu bergerak secara maksimal. Nah atlet itu hanya etalase. Jadi bakat kerja keras dan lain-lain kalau tidak ditopang oleh sistem yang benar ya tidak akan bisa mencapai prestasi yang maksimal," imbuhnya.

Baca juga:

Olimpiade Paris 2024, Masa Kelam Bulu Tangkis Indonesia

Kemenpora: Hanya 37 Persen Warga RI yang Gemar Olahraga

Ainur menambahkan, pemain lama tetap penting untuk melakukan transisi. Program transisi antara generasi lama dan generasi baru tidak dilakukan secara mendadak.

"Butet yang sudah lama menggendong atau membantu Tontowi Ahmad untuk untuk berprestasi. Lalu setelahnya Greysia Polii membantu Apriyani Rahayu untuk berprestasi dan mendapatkan emas. Pola transisinya itu seperti itu," jelas Ainur.

"Makanya tidak bisa kemudian tiba-tiba potong generasi gitu. Dan itu tidak umum, tidak jamak terjadi. Kalau misalnya kondisinya betul-betul sangat mendesak dan sangat ekstrem," tuturnya.

Sebelumnya, para atlet yang berlaga di BWF World Tour Super 1000 All England 2025 setelah pulang tanpa gelar.

Satu-satunya wakil yang mencapai final, Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana, harus puas menjadi runner-up setelah kalah dari wakil Korea Selatan, Kim Won-ho/Seo Seung-jae, dengan skor 19-21, 19-21 di Utilita Arena Birmingham, Inggris.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending