KBR, Jakarta - Komnas HAM sedang berupaya membujuk keluarga terduga teroris Siyono agar mau memberikan izin otopsi.
Anggota Komnas HAM, Manager Nasution mengatakan, otopsi diperlukan untuk memberikan informasi tambahan penyelidikan penyebab kematian Siyono. Menurutnya, dari pihak keluarga Siyono masih pro kontra terkait rencana otopsi tersebut.
"Kita usahakan bagaimana keluarga mengizinkan otopsi karena secara scientific lebih memungkinkan. Karena otopsi menjelaskan banyak hal. Keluarga bagaimana? Sebagian setuju dan sebagian lainnya tidak setuju, tapi baiknya setuju kalau mau menjawab beberapa kejanggalan," jelasnya.
Manager menambahkan investigasi kematian Siyono diperkirakan akan selesai 2 pekan mendatang. Hasil investigasi tersebut nantinya akan diberikan kepada pihak kepolisian yang dituding menjadi penyebab kematian terduga teroris asal Klaten itu.
"Kalau keluarga nantinya tidak memberikan izin otopsi, akan kita selesaikan dalam 1-2 pekan ini akan selesai. Harus ada rekomendasi dari Komnas HAM. Kita juga sedang koordinasi dengan masyarakat civil society seperti Muhammadiyah dan organisasi-organisasi lainnya," terangnya.
Siyono terduga teroris asal Klaten, Jawa Tengah tewas saat ditangkap Densus 88 Antiteror. Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mengakui ada kesalahan prosedur dalam penangkapan tersebut. Ia meninggal dunia setelah berkelahi dengan salah satu anggota Densus 88 Antiteror. Juru bicara Polri, Anton Charliyan mengatakan, saat itu Siyono hanya dikawal oleh satu anggota Densus 88 saja. Pengawal juga sempat membuka penutup wajah serta borgol terduga teroris tersebut.
Perkelahian antara terduga teroris Siyono dengan anggota Densus 88 terjadi di dalam mobil saat perjalanan dari Klaten ke Prambanan. Siyono dibawa ke sebuah lokasi dimana ia memberikan dua pucuk senjata api kepada seseorang. Nyawa Siyono tidak tertolong dan meninggal di rumah sakit.
Editor: Citra Dyah Prastuti