Bagikan:

SBY Dinilai Terlambat Tangani Kebakaran Hutan Riau

KBR68H, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dinilai lamban dalam menangani kebakaran lahan dan hutan di Riau.

NASIONAL

Minggu, 16 Mar 2014 14:07 WIB

SBY Dinilai Terlambat Tangani Kebakaran Hutan Riau

Kabut Asap, SBY, Riau, Satgas Tanggap Darurat Riau

KBR68H, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dinilai lamban dalam menangani kebakaran lahan dan hutan di Riau. Direktur Eksekutif Walhi Riau Rico Kurniawan mengatakan, SBY seharusnya tidak perlu menunggu kebakaran semakin meluas untuk turun tangan langsung. Kata dia, penanganan seharusnya dilakukan sejak dini agar tidak merugikan dan menyebabkan puluhan ribu warga terkena ISPA. Pasalnya, kebakaran hutan di Riau bukan kali ini saja terjadi. Dia berharap, pemerintah lebih tegas dalam menangani kasus seperti ini ke depan.

"Kalau kita mengikuti regulasi kita, tidak mungkin ada terbakar. Satu ke pemilik konsesi. Anda diwajibkan menjaga lahan konsesi anda, menjaga itu dalam arti luas. Jangankan titik api terbakar, terpantau titik panas saja BMKG sudah kasih data informasi, supaya cek. Tapi merekakan tidak bekerja. Sekarang ini sebenarnya penegakkan hukum sebetulnya," jelas Rico kepada KBR68H, Minggu (16/03).

Direktur Eksekutif Walhi Riau Rico Kurniawan.

Sebelumnya, Presiden SBY memutuskan memimpin langsung penanganan kebakaran lahan dan hutan gambut di Riau karena lambannya penanganan oleh pemerintah daerah. Kebakaran sudah terjadi sejak akhir tahun lalu. Data Posko Penanggulangan Bencana Asap di Riau mencatat 18 ribu hektar lahan terbakar. Berbagai upaya telah dilakukan oleh tim gabungan untuk memadamkan titik api kebakaran, termasuk memodifikasi cuaca agar terjadi hujan buatan. Akibat kebakaran ini lebih dari 55 ribu warga terjangkit berbagai penyakit. Antara lain, penyakit kulit, asma, mata, dan ISPA.

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending