Mengelola dana sebesar 600 juta dolar AS tentu butuh perencanaan yang matang dan eksekusi yang berjalan sesuai rencana. Tentu ini bukan tugas ringan bagi Joko Waluyo Saputro, yang dipercaya sebagai CEO Millenium Challenge Account Indonesia (MCA-I). MCA-I adalah lembaga yang mengelola dana hibah yang diberikan Pemerintah Amerika Serikat kepada pemerintah Indonesia untuk program mengurangi kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi. Program ini akan berlangsung dalam jangka waktu 5 tahun.
Dana sekitar Rp 5,8 triliun yang dikelola melalui lembaga (MCA-I) ini memusatkan programnya melalui tiga proyek besar, yaitu proyek kemakmuran hijau, proyek kesehatan dan gizi untuk mengurangi kekerdilan, dan proyek modernisasi pengadaan.
Menurut Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Scot Marciel, pemberian hibah ini merupakan kerjasama dua negara yang benar-benar didasarkan pada prinsip kesetaraan. "Bahkan untuk pelaksanaannya, kami menyerahkan sepenuhnya kepada pihak Indonesia," tambahnya dalam pidato resepsi di kediamannya, Selasa (26/3).
Dari ketiga proyek tersebut, bagian terbesar dialokasikan untuk proyek kemakmuran hijau sebesar 332,5 juta dolar AS. Proyek ini mencoba jadi solusi untuk mengatasi kendala utama terhadap pertumbuhan ekonomi sekaligus mendukung tingkat penggunaan karbon yang lebih rendah dengan pemakaian energi yang berkelanjutan.
Indonesia adalah salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia sebagai akibat deforestasi besar-besaran, hilangnya lahan gambut dan pengalihan fungsi lahan lainnya. Selain itu, pertumbuhan industri yang cepat juga memberi kontribusi atas meningkatnya emisi karbon. Di lain pihak, mayoritas penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan justru menderita karena minimnya sumber tenaga listrik yang andal. Mereka yang mampu menggunakan pembangkit listrik atau generator, sumber tenaganya berasal dari minyak yang harganya semakin mahal.
Proyek kemakmuran hijau mencoba menjembatani jurang itu dengan menyediakan pendanaan, baik komersial maupun hibah, untuk membantu meningkatkan mobilisasi investasi yang lebih besar dari sektor swasta di bidang energi terbarukan, di samping penggunaan lahan yang lebih berkelanjutan. Pihak MCA-I sendiri sudah melakukan identifikasi dan menetapkan daerah tertentu yang memiliki potensi tinggi bagi keberhasilan proyek ini. Provinsi yang masuk target pengembangan proyek kemakmuran hijau adalah Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalaimantan Barat, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Provinsi-provinsi itu dipilih berdasarkan berbagai indikator sosial, ekonomi, lingkungan dan kelembagaan, termasuk tingkat kemiskinan, potensi energi terbarukan, potensi pertumbuhan ekonomi, tata kelola pemerintahan, tutupan hutan yang signifikan dan lahan gambut yang terancam degradasi atau kerusakan.
"Setiap bangun tidur, yang ada di kepala saya sekarang adalah bagaimana spend Rp 3-4 miliar per hari," kata JW Saputro.
JW Saputro: Saya Harus Habiskan Dana Rp 3-4 M Per Hari!
Dari keempat proyek tersebut, bagian terbesar dialokasikan untuk proyek kemakmuran hijau sebesar 332,5 juta dolar AS. Proyek ini mencoba jadi solusi untuk mengatasi kendala utama terhadap pertumbuhan ekonomi sekaligus mendukung tingkat penggunaan karbon y

NASIONAL
Rabu, 27 Mar 2013 14:17 WIB


Hibah Amerika Serikat, Proyek Kemakmuran Hijau, Dubes Scot Marciel, JW Saputro
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai