KBR68H, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Januari lalu kembali defisit. Hal ini karena impor Indonesia masih lebih tinggi ketimbang ekspor.
Kepala BPS Suryamin mengatakan, defisit yang terjadi lebih dari 170 juta dollar Amerika atau sekira Rp 1,6 triliun. Dia menambahkan, sektor minyak dan gas (migas) masih menjadi penyebab utama defisit. Kata dia, sektor migas defisit sekitar 1,4 miliar dollar amerika.
"Surplus non migas kita sebesar 1,2 miliar dollar amerika itu berasal dari negara lainnya. Jadi untuk menaikkan ekspor, kita harus memanfaatkan negara non tradisional, yaitu negara-negara dunia ketiga juga. Sekarang pemerintah tengah menaikkan pangsa ekspornya ke sana," ujar Suryamin saat konfrensi pers di kantornya.
Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin menambahkan, secara umum neraca perdagangan Indonesia di ASEAN masih surplus, kecuali dengan Thailand. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan akan produk otomotif yang masih disuplai dari negara gajah putih itu. Sementara itu, perdagangan Indonesia dengan negara lainnya yang mengalami defisit adalah Cina, Jepang, dan Australia.
Januari Lalu, Impor Melebihi Ekspor
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Januari lalu kembali defisit. Hal ini karena impor Indonesia masih lebih tinggi ketimbang ekspor.

NASIONAL
Jumat, 01 Mar 2013 14:27 WIB

inflasi, harga pangan
Kirim pesan ke kami
WhatsappRecent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)
Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut
Menguji Gagasan Pangan Cawapres
Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai