KBR, Jakarta- Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Imigrasi Aceh mengusulkan pulau khusus untuk para pengungsi Rohingya, Myanmar. Usulan ini menurutnya jadi salah satu solusi permasalahan antara pengungsi dan masyarakat Aceh.
Hal itu disampaikan Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Imigrasi Aceh, Novianto Sulastono dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XIII (Sosial), Senayan, Jakarta, Senin, 24 Februari 2025.
"Solusi lainnya adalah penempatan ke negara tiga dan pemulangan sukarela. Atau bisa juga mungkin dicarikan suatu pulau untuk bisa menampung mereka," ujarnya.
Novianto mengatakan, pernah terjadi demonstrasi pada akhir desember 2024 oleh mahasiswa, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), serta masyarakat. Mereka berdemo menolak keberadaan pengungsi Rohingya.
"Masyarakat Aceh akhir-akhir ini merasa resah, karena para pengungsi ada beberapa yang tidak sesuai dengan syariat Islam, sehingga masyarakat mengkhawatirkan itu," katanya.
Novianto mengatakan, demonstrasi juga dipicu misinformasi di media sosial mengenai ujaran kebencian terhadap pengungsi Rohingya. Situasi itu memperburuk sentimen negatif di kalangan masyarakat Aceh.
Ratusan Pengungsi Kabur
Sebelumnya, ratusan pengungsi Rohingya kabur dari kamp penampungan sementara di Seuneubok Rawang, Kecamatan Peureulak, Aceh Timur. Tercatat, ada 300-an yang kabur sejak Oktober 2024 hingga pertengahan Februari 2025.
Juru bicara Pemkab Aceh Timur, Muntasir Ramli mengatakan saat ini ada 370-an pengungsi yang ada di kamp. Semula, ada 680-an yang mendarat dan ditampung sementara. Diduga mereka kabur menuju Malaysia.
"Ya, dari belakang karena petugas Kita standby-nya didepan, barangkali ketika petugas Kita lengah mereka (Rohingnya-red) dibawa lari, baik sore maupun malam hari. Ada dari pihak keamanan yang berjaga disana dari pihak kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja (satpol-PP),” kata Muntasir Ramli menjawab KBR, Jumat, (21/2).
Jubir Pemkab Aceh Timur, Muntasir Ramli menjelaskan, selama ini segala kebutuhan pengungsi dipenuhi organisasi PBB yang mengurusi pengungsian (UNHCR), dan organisasi internasional untuk imigrasi (IOM).
Sekilas tentang Rohingya
Rohingya tergolong etnis minoritas paling tertinda di dunia saat ini. Mereka terlibat sengketa dengan pemerintah Myanmar selama beberapa dekade, sehingga terpaksa lari menjadi pengungsi.
Mengutip Tirto.id, pada 1800-an di masa kekuasaan Inggris, orang Bangladesh dan India yang dibawa ke Myanmar, membuat komunitas Muslim makin besar. Situasi itu membuat warga lokal Myanmar merasa cemburu, dan jadi salah satu akar masalah selama ratusan tahun.
Rohingya mengungsi pertama kali menuju Bangladesh pada 1978. Lalu, pada 1990-an, ada sekitar 200 ribuan warga Rohingya kabur dari Rakhine, Myanmar, karena konflik.
Baca juga: