KBR, Jakarta – Pekan ini publik diramaikan dengan protes mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) soal skema pembayaran uang kuliah tunggal (UKT) lewat pinjol Danacita. Bunga pinjaman yang tinggi dianggap sangat memberatkan mahasiswa dan orang tua. Sementara, pihak ITB menyatakan tidak menjadikan pinjaman daring menjadi opsi utama pembayaran UKT.
Bagaimana pengalaman mahasiswa soal skema ini? Apakah sistem student loan seperti di luar negeri bisa jadi solusi? Yuk kita bahas bersama salah satu mahasiswa ITB, Farell Faiz dan Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji.
Selain itu, Lembaga Riset dan Penelitian BOI Research merilis aplikasi Kawula17 untuk memudahkan para pengguna agar memahami preferensi dan pilihan politiknya. Aplikasi Saran Pemilihan (VAA) ini menjadi satu dari sejumlah aplikasi dan situs serupa yang diinisiasi oleh masyarakat demi edukasi politik lewat pendekatan yang efektif.
1. Bayar Kuliah Pakai Pinjol
Sebagai respon atas ramainya bahasan soal pembayaran UKT lewat Danacita, Kementerian Keuangan menyatakan tengah mengkaji program student loan sepeti di luar negeri. Student loan sendiri menerapkan bunga yang lebih rendah dengan jangka waktu pembayaran yang lebih panjang. Tapi apakah opsi tersebut cocok diterapkan di Indonesia?
Sebelumnya, dalam situs resmi Danacita disebutkan entitas peer-to-peer (P2P) lending ini telah bermitra dengan berbagai perguruan tinggi tanah air dalam hal penyediaan layanan pinjaman biaya pendidikan. Selain ITB ada sejumlah nama perguruan tinggi ternama lainnya yang telah bekerja sama dengan ITB. Sebut saja Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Pancasila, dan masih banyak lagi. Total ada 83 perguruan tinggi.
Baca juga:
- ITB Bantah Paksa Mahasiswa Gunakan Pinjol untuk Bayar Kuliah
- OJK: Pinjol Uang Kuliah di ITB Kantongi Izin
2. Tren Kawula17
Pemilu 2024 akan didominasi oleh pemilih muda yaitu sebesar 56,45% yang terdiri dari generasi Z dan generasi millenial. Salah satu faktor yang menjadi daya tarik pemilih muda untuk memilih adalah pemanfaatan teknologi dan media sosial. Salah satu aplikasi yang menarik perhatian publik adalah Kawula17.
Keberadaan platform survei semacam Kawula17 tentu bisa menjadi angin segar khususnya bagi para pemilih muda di tengah arus deras informasi di media sosial. Namun, apakah keberadaan platform edukasi politik semacam ini bisa berpengaruh pada pandangan pemilih?
Baca juga:
- KPU Ajak Pemantau Asing Kunjungi Sejumlah TPS di Tiga Provinsi
- Pemilu 2024: Debat Capres-Cawapres Bisa Pengaruhi Pilihan Pemilih Muda?
Simak bahasan selengkapnya di FOMO Sapiens pekan ini bersama Eky Priyagung dan Aika.
*Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id