Pengguna Uang Elektronik di Indonesia Hanya 1 Persen

KBR68H – Jumlah masyarakat yang menggunakan E-money atau uang elektronik di Indonesia masih rendah. Berdasarkan data Bank Indonesia, penggunaan uang elektronik masih 1 persen. Jumlah ini masih kalah jauh dibandingkan penggunaan kartu ATM yang sudah mencapai 92 persen.

Deputi Direktur Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Ida Nuryati mengatakan, masih banyak kendala yang dihadapi masyarakat dalam menggunakan uang elektronik. Antara lain, infrastruktur yang masih belum merata. Dia memberi contoh, uang elektronik untuk bus Transjakarta koridor 1 tidak bisa digunakan untuk koridor 3.

“Kalau di kartu kredit, principal (pengeluar kartu kredit-red) itu sudah punya merchantnya (lokasi untuk penggunaan kartu kredit-red) dalam jumlah yang besar. Di E-money itu seharusnya juga seperti itu, karena kunci suksesnya itu tidak hanya di banyaknya instrumen, tetapi ketersedian infrastruktur dan merchant yang menerima juga kunci sukses. Kalau dia punya tapi tidak bisa dipakai atau terbatas, itu tidak akan bisa berkembang, kata Ida Nuryati.

Deputi Direktur Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Ida Nuryati menambahkan, permasalahan lain yang dihadapi adalah budaya masyarakat yang lebih senang memegang uang tunai dibandingkan uang elektronik.

Karena itu, Bank Indonesia akan menyosialisasikan uang elektronik ke sejumlah daerah di luar Jawa. Selama ini, uang elektronik hanya digunakan oleh masyarakat yang tinggal di kota besar di pulau Jawa, Sumatera dan sebagian Sulawesi.

Berdasarkan data BI, penggunaan uang elektronik masih kalah dari SMS Banking (11 persen) , internet banking (6 persen) dan mobile banking (4 persen). Nilai transaksi rata-rata dengan uang elektronik juga masih kecil yaitu Rp 8.000 per hari. Saat ini, uang elektronik paling banyak digunakan di sektor transportasi antara lain untuk pembayaran parkir, jalan tol hingga membeli tiket bus Transjakarta.