KBR, Jakarta- Pakar peternakan Rochadi Tawaf menilai, kembali merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) di Indonesia, lantaran minimnya biaya operasional untuk vaksinasi PMK. Sebab menurut Dewan Pakar Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia ini, vaksinasi penyakit mulut dan kuku harus dilakukan berkala.
"Nah, apakah sekarang BOP-nya itu sudah ada? Ya, mudah-mudahan sih sudah ada, karena saya yakin juga di daerah juga sekarang belum ada. Karena apa? Karena semua tertarik oleh dana-dana yang harus masuk ke MBG (makan bergizi gratis), ini yang kita khawatirkan. Jadi, semua ditarik ke biaya MBG. Nah, kejadian ini menyita dana lagi kan," kata Rochadi kepada KBR, Kamis, 9 Januari 2025.
Menurutnya, pendistribusian vaksin untuk penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak belum optimal untuk mencegah penyebaran wabah. Kata dia, kendala yang banyak terjadi di daerah adalah vaksinnya ada, namun biaya operasional untuk vaksinasi sangat minim.
Meski begitu, Rochadi menyebut, di Jawa Barat, proses vaksinasi PMK relatif aman, karena intensif dilakukan, khususnya untuk peternakan-peternakan sapi perah.
"Nah, soal vaksinasi itu yang saya tahu bahwa kawan-kawan ini (di Jabar) dapat yang gratis, dapat semua. Dalam artian penyebarannya kita kan belum tahu, dulu juga kan dapat vaksin semua di provinsi itu, tapi kan nggak sampai disuntikan karena nggak ada biaya operasionalnya, yang saya katakan nggak ada BOP di daerahnya," kata Rochadi kepada KBR, Kamis, (9/1/2025).
Vaksin Kosong
Sebelumnya, penyakit mulut dan kuku (PMK) kembali merebak di berbagai daerah di Indonesia. Semisal di Situbondo, Jawa Timur. Tercatat, hingga pekan kedua Januari, ada 210 ekor sapi terinfeksi PMK. Dari jumlah itu, 43 ekor sapi mati karena positif penyakit mulut dan kuku.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Situbondo Achmad Junaidi mengatakan, jika dihitung secara rata-rata, ada delapan ekor sapi mati karena PMK dalam sepekan. Ia mengeklaim, sebagian besar sapi yang mati berasal dari luar Situbondo yang belum divaksinasi PMK.
“Jadi, pemerintah provinsi pun saat ini sedang mengusahakan bagaimana vaksin masih bisa dibiayai pemerintah. Pemerintah kabupaten juga masih berusaha juga bagaimana menganggarkan vaksin ini dari pemerintah. Tetapi, sebelum itu turun dianjurkan masyarakat bisa melakukan vaksin mandiri, karena tidak semua peternak bisa melakukan vaksin mandiri, karena tidak semua peternak juga mampu,” ujar Achmad Junaidi, Rabu, (8/1/2025).
Ramuan Herbal
Di Jombang, Jawa Timur, seorang peternak sapi membuat ramuan herbal untuk mengobati sapi miliknya yang mengalami gejala sakit mirip virus penyakit mulut dan kuku (PMK).
Peternak tersebut adalah Subianto, warga Desa Sumbermulyo, Kecamatan Jogoroto. Pria 35 tahun itu membuat ramuan dari beberapa bahan herbal untuk mengobati sapinya yang sakit lantaran tak ada bantuan vaksinasi dari pemerintah.
Ramuan itu dibuat dari campuran jeruk nipis, cuka makan, garam, dan air. Setelah semua bahan dicampur, Subianto lalu menyemprotkannya pada bagian mulut sapi yang terluka seperti sedang sariawan. Ia mengeklaim, tujuh ekor sapinya yang sakit dengan gejala mirip virus PMK mulai membaik.
"Untuk mulutnya dikasih jeruk nipis, cuka makanan, garam, air, saya semprotkan. Resepnya dapat dari mana? Tahun lalu dari teman di daerah Magetan saya coba. Yang lama kalau kaki ada luka, itu yang lama. Vaksin dari pemerintah enggak ada, beli harus bayar, beli sendiri, kalau teman saya pernah beli satu botol harganya 850 ribu itu untuk 22 ekor sapi," ungkapnya, Kamis sore, (9/1/2025).
Sementara itu, pemerintah berencana mendistribusikan empat juta vaksin dalam waktu dekat. Pada 2023, penyakit mulut dan kuku juga sempat merebak di sejumlah daerah. Saat itu, Pemerintah Jawa Barat menyatakan dari 50 ribu ternak yang terinfeksi PMK, 36 ribu dinyatakan sembuh, 10 ribu mati dan dipotong bersyarat.
Sekilas tentang PMK
Mengutip distanpangan.baliprov.go.id, PMK adalah penyakit infeksi virus yang sangat menular dan akut. Penyakit mulut dan kuku (PMK) menyerang hewan berkuku genap/belah, semisal domba, babi, sapi, kambing, juga hewan liar seperti gajah.
Virus PMK bisa bertahan lama di lingkungan, dan bertahan hidup di kelenjar, tulang, susu serta produk susu. Penyakit mulut dan kuku memiliki masa inkubasi 1-14 hari.
Tanda hewan terkena PMK antara lain lepuh dan erosi di sekitar mulut, gusi, lidah, dan kulit di sekitar kuku, pincang, bahkan kuku bisa terlepas.
Baca juga: