KBR, Jakarta - Ketua Komisi X DPR RI bidang Pendidikan Hetifah Sjaifudian menyambut baik wacana 'sekolah rakyat' yang dicita-citakan Presiden RI Prabowo Subianto.
Hetifah yakin kebijakan ini dapat mendorong pemerataan pendidikan di tanah air. Selain itu, ia menilai kebijakan ini juga sebagai upaya dari pemerintah untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak mengenyam pendidikan.
Hetifah meminta pemerintah segera membuat konsep dan mekanisme yang jelas terkait sekolah rakyat ini. Hal ini kata dia menjadi sangat penting agar tidak menimbulkan permasalahan baru di kemudian hari.
"Saya kira sebagai satu wacana, bagus. Kita terus mendiskusikan apa solusi-solusi yang bisa kita berikan bagi dunia pendidikan. Tetapi, selalu harus ada kajian nya, dan juga konsekuensi anggaran seperti apa. Segala upaya untuk membuat anak-anak kita itu terpenuhi hak pendidikannya dan tidak ada terdiskriminasi itu yang paling penting," ujar Hetifah kepada KBR, Selasa (14/1).
Sebelumnya, Presiden RI Prabowo Subianto berencana akan membangun sekolah rakyat, khusus untuk anak dari keluarga tidak mampu dan tergolong miskin ekstrem.
Menteri Sosial, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mengatakan saat ini pemerintah masih terus menggodok rencana itu. Dia menyebut kebijakan ini direncanakan akan dimulai dari Jakarta dan disusul di daerah lain.
"Jadi memang ada beberapa usulan, ada yang mulai dari SD, ada yang mulai dari SMP, ada yang SMA. Ini masih dalam diskusi gitu ya. Yang kedua ya tentu tidak banyak (muridnya) ya antara satu angkatan itu misalnya 50 sampai 100 gitu. Sesuai arahan Presiden dimulai di Jakarta dan sekitarnya dulu. Setelah itu, nanti di tempat-tempat lain. Tapi, kami ada beberapa tempat yang nanti kami usulkan jika konsepnya sudah matang,” ujar Gus Ipul kepada wartawan, Senin (13/1/2025).
Baca juga:
- Mendikdasmen Ungkap Strategi Tekan Angka Putus Sekolah
- JPPI Tolak Wacana Datangkan Guru Asing ke Sekolah Garuda
Angka Putus Sekolah
Data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), mencatat jumlah anak putus sekolah pada tahun ajaran 2020/2021 mencapai sekitar 83,7 ribu siswa di seluruh jenjang pendidikan.
Sedangkan, untuk periode 2022-2023, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, jumlah siswa putus sekolah di Indonesia periode 2022-2023 mencapai 76.834. Terdiri dari:
- SD: 40.623 siswa
- SMP: 13.716 siswa
- SMA: 10.091 siswa
- SMK: 12.404 siswa
Jumlah anak putus sekolah di tingkat SD masih mendominasi dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya.
Faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab utama anak putus sekolah di Indonesia. Banyak keluarga tidak mampu membiayai pendidikan anaknya, sehingga anak-anak terpaksa berhenti sekolah untuk bekerja dan membantu ekonomi keluarga.
Sekolah Unggulan
Di sisi lain, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi juga akan membangun SMA Unggulan Garuda, yang levelnya di atas SMA rata-rata.
- Sekolah Unggulan Garuda akan dibangun di empat wilayah, yaitu Ibu Kota Nusantara (IKN), Nusa Tenggara Timur (NTT), Bangka Belitung dan Sulawesi Utara.
Sekolah Unggulan Garuda hanya mengajarkan materi sains, teknologi, enginering dan matematika (STEM).
- Ditargetkan ada 40 SMA Unggulan Garuda bisa dibangun hingga 2029.