KBR, Jakarta- Pemecatan Shin Tae-yong dari kursi pelatih kepala Timnas Indonesia menuai berbagai tanda tanya. Pengamat olahraga, Ainur Rohman mengatakan, meskipun tim tengah berada di jalur yang menjanjikan dengan peluang besar menuju Piala Dunia 2026, keputusan tersebut justru diambil saat kinerja tim terlihat progresif. Apakah Shin Tae-yong layak dipecat?
Berikut wawancara jurnalis KBR Ardhi Ridwansyah dengan Pengamat olahraga, Ainur Rohman.
KBR: Ada beberapa alasan dari PSSI, yaitu alasan visi permainan, strategi, hingga komunikasi di dalam tim. Menurut Anda sendiri, dari beberapa poin evaluasi tadi, apakah layak STY dipecat?
Ainur: "Timnas Indonesia ini bukan timnas yang kuat, timnas yang berada di peringkat ratusan dunia dan bukan tim yang diperhitungkan di Asia. Pemecatan STY di kualifikasi ronde ketiga ketika kita berada di jalan yang sebenarnya tepat ini memang absurd. Jadi, kita pertama kali dalam sejarah mengalahkan Arab Saudi. Walau kita berada di peringkat ketiga dengan hanya selisih satu poin dari Australia yang berada di peringkat dua, kita punya peluang besar menuju Piala Dunia dan kita berada di jalur yang benar, tetapi STY dipecat seperti ini," ucap Ainur kepada KBR, Senin, (6/1/2025).
"Tidak bisa dihindari bahwa pemecatan ini sebenarnya berkaitan erat dengan kegagalan STY di Piala AFF, yang mana itu adalah sebuah turnamen yang sama sekali tidak diperhitungkan. Karena targetnya, target yang besar dan ini kan kolektif soal keputusan untuk membawa pemain-pemain junior atau yang lain-lain itu keputusan kolektif.
Alasan semacam itu tidak masuk akal, jadi soal-soal yang diplomatis, saya sepakat dengan beberapa media Korea yang menyebut alasan ini absurd.
Erick Thohir, Ketua Umum PSSI, bilang ini ada dinamika, tapi tidak mau bicara detail dinamikanya seperti apa. Kita sebagai orang yang melihat dari luar bertanya-tanya apa yang membuat STY ini dipecat. Karena enam bulan lalu, pada bulan Juni 2024, ada perpanjangan kontrak sampai 2027. Kenapa kalau misalnya ada keputusan yang tidak tepat, hasil-hasil yang tidak memuaskan, atau komunikasi yang buruk, kenapa tidak saat itu juga dipecat?"sambungnya.
KBR: Apa hal utama yang harus diperbaiki PSSI jika ingin timnas tampil lebih kompetitif ke depannya?
Ainur: "Tata kelola manajemen. Jadi bagi pelatih itu kan berada dalam posisi yang sangat tidak aman. Di mana pun pelatih besar dunia bilang bahwa pelatih itu adalah pekerjaan yang paling berisiko di dunia. Ini kan bicara soal STY ya, kalau pelatihnya tidak di-support oleh instrumen untuk mendukung mereka berprestasi, ya kita akan berada di situasi yang buruk juga. Maka dari itu, manajerialnya, tim support-nya, hal-hal untuk meningkatkan kualitas pelatih ini perlu dipikirkan.Karena tidak mudah melakukan transisi dalam waktu yang singkat untuk mencapai performa yang baik, apalagi ini konteksnya timnas. Pertemuan terbatas, komunikasi terbatas, waktu yang diberikan tidak banyak. Sebaiknya seorang pelatih itu kalau pengetahuan tentang pemainnya dan komunikasinya belum terbangun dalam waktu yang lama juga tidak akan maksimal," pungkasnya.
Baca juga: