KBR, Jakarta- Pekerjaan hijau atau green jobs belakangan populer diperbincangkan. Organisasi Buruh Internasional (ILO) sudah cukup lama mengenalkan tentang green jobs.
Pada 2015 misalnya, ILO mengeluarkan publikasi tentang kesetaraan gender dan pekerjaan hijau. ILO mendefinisikan green jobs sebagai transformasi pekerjaan ramah lingkungan yang berkelanjutan, rendah karbon ekonomi, dan layak di perusahaan, tempat kerja, pasar tenaga kerja.
Contoh green jobs adalah energy start up, organic foodprenuer, dan urban farmer. Mengutip Koaksi Indonesia, green jobs muncul dilatarbelakangi kondisi lingkungan yang makin menurun, berkurangnya sumber daya alam, yang menjadi masalah ekonomi serius di masa depan.
Pekerjaan hijau diperkirakan menjadi bisnis paling menjanjikan di abad ke-21. Pada 2020, potensinya mencapai 1.370 miliar dolar Amerika.
Pada awal Desember 2018, Indonesia juga memperlihatkan dukungan terhadap pekerjaan hijau di forum ASEAN Labor Ministers Meeting (ALMM). Kala itu, tema yang diangkat: "Promoting Green Jobs for Equity and Inclusive Growth of ASEAN Community".
Belum lama ini, pekerjaan hijau kembali mencuat, salah satunya setelah lantaran debat keempat yang diikuti ketiga calon wakil presiden di JCC, Minggu, 21 Januari 2024.
Usai debat, perbincangan tentang green jobs muncul. Masing-masing paslon pun memiliki definisi dan target yang ingin mereka capai di sektor pekerjaan hijau jika nanti terpiilih.
Green Jobs ala Paslon Nomor Urut 1
Juru bicara muda pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Hari Akbar menjelaskan, paslon nomor urut satu itu ingin membuka 15 juta lapangan pekerjaan, termasuk di antaranya green jobs.
"Ada banyak pembicaraan terkait ekonomi hijau, pekerjaan saat ini belum sepenuhnya hijau, karena kelayakannya masih minim. Tantangan ini harus diperbaiki di masa depan. Kita mendorong green jobs dalam wilayah itu, bagaimana menekan emisi GRK yang berbasis kota. Pemda mendorong target emisi, mendorong indeks ekonomi hijau. Membahas problem ekonomi hijau itu apa, masih perlu diskusi dan indikator yang menempatkan ekonomi hijau ini," tutur Hari dalam diskusi publik #RuangAksi tentang "Transformasi Hijau Ketenagakerjaan kemana Arah Keberpihakan Calon Pemimpin pada Lingkungan" di FX Sudirman, Jakarta, Kamis malam, 25 Januari 2024.
Green Jobs ala Paslon Nomor Urut 2
Lain halnya dengan paslon nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming. Juru bicara muda paslon nomor urut 2, Mikhail Gorbachev Dom mengatakan, krisis lingkungan adalah masalah yang kompleks.
Ia mencontohkan Net Zero Emission (NZE), yang bakal menjadi tantangan dan kesempatan untuk mencapai keseimbangan dan jalan tengah. Menurutnya, pasangan yang ia usung, menyadari bahwa biodiversity sebagai aset bangsa. Selain itu, Prabowo kata dia, melihat masalah lingkungan, pangan, dan energi dari sudut pertahanan dan keamanan.
"Komitmen paslon terhadap green jobs. Ambisi Indonesia sebagai negara hijau superpower. Dengan biodiversitas tinggi serta biofuel yang akan didorong. Membuka 19 juta lapangan kerja dan ada 5 juta lapangan kerja green jobs," katanya dalam forum yang sama.
Green Jobs ala Paslon Nomor Urut 3
Lantas paslon nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, berkeinginan menciptakan SDM unggul yang mewujudkan sumber daya lestari. Juru bicara muda paslon nomor urut 3, Manik Margamahendra mengatakan, Ganjar-Mahfud ingin membuka 17 juta pekerjaan, dan mencapai kelestarian lingkungan.
"Meningkatkan bauran energi sebesar 25-30% sebagai komitmen untuk membuat industri energi terbarukan, kami berharap dapat menambah lapangan kerja yang lebih banyak. SDM dan masalah ekonomi yang lebih banyak, berhasil menciptakan desa mandiri energi di Jateng. Background hukum kedua paslon menyebabkan fokus pada pembentukan perda untuk UURD, sehingga akan menciptakan payung hukum yang jelas mengenai energi bauran. Kemudian menjadikan aktivis lingkungan sebagai objek hukum," kata Manik, juga di forum yang diselenggarakan Koaksi Indonesia.
Kritik untuk Paslon 1
Janji dan strategi yang disampaikan para paslon dikritik Azis Kurniawan, penanggap sesi diskusi dari Koaksi Indonesia.
Untuk paslon nomor urut 1, Azis mengkritisi salah satu upaya untuk meningkatkan potensi green jobs, yang antara lain melalui jalur kurikulum dalam pendidikan vokasi.
"Dalam advokasi Koaksi, BLK pendidikan, vokasi akan mengikuti sesuai dengan pemerintah pusat. Indonesia punya region yang luas, misal main ke BLK bagian Timur, dan akan menemukan industri manufaktur (yang mana industrinya ada di Jawa). Hal-hal seperti ini yang sering menjadi salah sasaran dalam pelatihan BLK. Pelatihan mesin industri mungkin belum tepat di luar Jawa. Perlu juga diperhatikan terkait economic region yang harus diperdalam," katanya.
Hari menanggapi kritik itu dengan mengatakan, bakal melakukan bioregional sebagai inklusivitas dalam pembangunan kota. Ia memberikan contoh di Maluku.
"Maluku banyak pekerjaan maritim sehingga pelatihan yang diberikan menyambung kegiatan maritim juga. Pendidikan vokasi bukan lagi pendekatan sektoral, namun kawasan. Contoh jika dilihat di Kalimantan sudah menerapkan ekonomi hijau (punya manajer aset yang perlu didorong, terkait rekognisi masyarakat juga jadi jaminan terhadap biodiversity. BLK diharapkan sesuai dengan konteks kelokalannya, proyeksi ekonominya sudah kami lihat sebagai potensi setiap daerah," jawabnya.
Kontradiktif
Sementara untuk paslon nomor urut 2, Azis mempertanyakan narasi nasionalisme yang kontradiktif dalam konteks food estate dan energi.
"Kenapa tidak mengajak rakyatnya membangun lumbung pangan besar, kenapa food estate? Sumber pangan dari nonpetani, dengan nasionalisme yang kuat apakah bisa mendorong seluruh tempat melahirkan green jobs yang menciptakan sumber pangan sehingga menghasilkan lapangan pekerjaan lebih banyak," katanya.
Mikhail merespons kritik tersebut. Ia mengambil contoh berdasarkan pengalamannya sebagai peneliti dan aktivis lingkungan.
"Saya punya pengalaman di NTT Desa Boti, ada swasembada pangan. Menariknya adalah di sekitar Desa Boti stunting, namun Boti tidak karena menggunakan pangan lokal. Food estate, negara ini tidak cukup untuk mengelola semua sendiri. Konsep food estate masih eksis, tidak cukup hanya swasembada. Petani juga berdaya serta swasta juga berdaya," jawab Mikhail.
Green Jobs untuk Disabilitas
Untuk paslon nomor 3, Azis coba menggali strategi Ganjar-Mahfud untuk menjawab tantangan green jobs bagi kelompok disabilitas.
Sebab, dalam acara Green Jobs Summit Koaksi, yang juga mengajak disabilias, ada pertanyaan soal kontribusi yang bisa mereka berikan di sektor pekerjaan hijau.
Manik menjawab, "Ganjar mendapatkan penghargaan inklusi, saat di Jawa Tengah ada 15 ribu perusahaan sudah mengajak ada 2.057 pekerja disabilitas. Ada program IMAKARYO. Perusahaan memberikan peluang bursa kerja bagi disabilitas. Jika dari segi green jobs masih dipertimbangkan lagi, apa ya pekerjaan yang dapat dilakukan bagi disabilitas. Selama ini disabilitas hanya masuk pendidikan di SLB saja, bukan sekolah formal. Sehingga ke depannya, ada banyak ULD (seperti yang ada di Jateng) untuk diterapkan di wilayah-wilayah lain di Indonesia, sebagai penyambung mekanisme kerja (pelatihan sehingga dalam link ke pekerjaan)," jawabnya.
Baca juga:
Editor: Agus Luqman