KBR, Jakarta – Pekan pertama tahun 2024 diramaikan dengan kabar kasus perselingkuhan antara seorang pilot dengan pramugari maskapai domestik yang dibongkar oleh istri sang pilot melalui platform Instagram. Akibat viralnya kasus tersebut, keduanya dinonaktifkan dari pekerjaannya. Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT), perselingkuhan termasuk ke dalam bentuk kekerasan psikis atau psikologis.
Selain itu, berbagai strategi kampanye dilakukan oleh para kandidat pilpres jadi sorotan publik. Setelah branding 'gemoy' oleh capres nomor urut 02, Prabowo Subianto, pekan ini TikTok Live yang dilakukan oleh capres nomor urut 01, Anies Baswedan diikuti pula oleh pasangan capres-cawapres nomor urut 03, Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Apakah strategi semacam ini ampuh untuk mendulang suara pemilih?
1. Perkara Selingkuh
Berdasarkan survei dari platform Rant Casino pada Oktober 2023, sebanyak 85% perselingkuhan dimulai di tempat kerja. Satu dari lima karyawan mengaku telah berselingkuh dengan rekan kerjanya sendiri.
Di Indonesia, kasus perselingkuhan di dunia kerja dapat diberikan sanksi dan dikhususkan untuk ASN dan tentara. Perihal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas PP Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi PNS dan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Bagaimana selengkapnya?
Baca juga:
- Penegakan Hukum Pelaku Kekerasan Perempuan dan Anak masih Rendah
- Satu dari Empat Perempuan Indonesia Pernah Mengalami Kekerasan
2. Kampanye Jalur Tiktok
Berdasarkan hasil rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap (DPT), mayoritas pemilih Pemilu 2024 akan didominasi oleh generasi Z dan milenial. Hal ini menjadikan ajang bagi capres dan cawapres dengan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk berkampanye demi menarik perhatian para pemilih muda.
Menurut pakar komunikasi politik dari Universitas Padjajaran Kunto Adi Wibowo kampanye menggunakan media sosial seperti melakukan live streaming di Tiktok yang dilakukan oleh paslon nomor urut 1 dan 3 dinilai sebagai cara efektif untuk mendorong partisipasi pemilih muda dibanding hanya dengan menggunakan baliho.
Baca juga:
- Langgar Aturan, Bawaslu Kota Yogyakarta Copot Ribuan APK
- Catatan Akhir 2023, Koalisi Sipil: Penyelenggaraan Pemilu 2024 Terburuk Sejak Era Reformasi
Simak bahasan selengkapnya di FOMO Sapiens pekan ini bersama Eky Priyagung, Ian Hugen dan Aika. Akan ada juga bahasan menarik soal melawan narasi negatif terhadap etnis Rohingya.
*Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id