KBR, Jakarta- Ahli Virologi dan Molekuler Biologi dari Universitas Udayana I Gusti Ngurah Mahardika menyarankan pemerintah tidak mengganti metode swab dengan saliva untuk mendeteksi virus corona. Rencana itu sebelumnya disampaikan Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro.
Ngurah menjelaskan, metode saliva digunakan untuk mendeteksi virus melalui air liur di rongga mulut. Sedangkan metode usap atau swab, biasanya digunakan untuk mendeteksi virus yang berada di rongga hidung.
Menurut Ngurah, metode saliva tidak bisa langsung menggantikan metode usap rongga hidung sebelum ada pengujian yang mendalam mengenai efektivitas hasil.
"Saliva tetap bisa digunakan, tetapi harus juga dengan swab hidung. Semuanya dikerjakan dengan PCR pasti, tidak ada metode lain (sesuai standar internasional) yang bisa dipakai. Jadi, kalau hanya penggunaan saliva saja, tidak mencari cairan (virus di) hidung atau swab hidung, itu kemungkinan kita mis-diagnostic. Karena ada beberapa orang justru virusnya lebih banyak di hidung, daripada di rongga mulut," kata Ngurah kepada KBR melalui sambungan telepon, Minggu (31/1/2021).
Ahli Virologi dan Molekuler Biologi dari Universitas Udayana I Gusti Ngurah Mahardika menambahkan, metode saliva memang lebih nyaman dibanding swab. Namun ia mempertanyakan klaim yang menyebut metode saliva lebih cepat hasilnya dibanding swab.
Menurutnya, metode pengambilan sampel tidak bisa menjadi tolak ukur cepat-tidaknya hasil tes. Sebab, keduanya sama-sama menggunakan Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).
Kecuali, pengerjaannya menggunakan robotik turbo ekstraksi atau menggunakan teknik RT-Lamp. Namun menurut Ngurah, kedua teknik itu sebenarnya juga bisa diterapkan dengan sampel swab atau usap rongga hidung.
"Saya tidak melihat faktor kecepatan (hasil). Asal dikerjakan sama, yang saliva dikerjakan dengan robotik turbo. Sedangkan yang swab dikerjakan manual, ya tidak bisa dibandingkan apple to apple, harus juga dengan robotik. Saya kira tidak ada pengaruhnya," jelasnya.
"RT-Lamp bisa untuk semua sampel, sehingga lagi-lagi klaim lebih cepat dengan saliva sulit saya pahami," tambahnya.
Sebelumnya Menristek Bambang Brodjonegoro saat diskusi bersama Ikatan Alumni Universitas Indonesia Sabtu (30/1) mengatakan, metode swab test atau usap akan diganti dengan Saliva. Kata dia langkah itu mempercepat dan memperluas tes PCR.
Bambang mengatakan, metode Saliva untuk pengetesan spesimen Covid-19 menggunakan air liur. Cara ini berbeda dengan swab yang memerlukan cairan dari permukaan tonsil atau dinding posterior faring.
Editor: Rony Sitanggang
(Redaksi KBR mengajak untuk bersama melawan virus covid-19. Selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan dengan 3M, yakni; Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci Tangan dengan Sabun.)