KBR, Jakarta- Pertamina menyatakan pengurangan karyawan akan menjadi opsi terakhir, dalam merespon harga minyak dunia yang terus melemah. Saat ini harga minyak dunia anjlok hingga 30 dolar perbarel.
Dirut Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, pihaknya berupaya menekan biaya operasional sebesar 30 persen. Kata dia, berdasarkan perhitungan, Pertamina yakin strategi pengurangan tersebut mampu membuat perusahaan tetap bertahan.
"Kalau langkah dari efisiensi di proses bisnis ini masih kurang, ya kami akan masuk pada masalah mungkin menurunkan pendapatan dsb, sebelum yang terakhir adalah kalau seandainya pengurangan tenaga kerja. Tapi kami yakin, bahwa masih banyak peluang, jadi penggunaan-penggunaan jasa harus kita evaluasi, renegoisasi," kata Dwi Soetjipto di Jakarta, (30/1).
Meski begitu, Dwi Soetjipto menambahkan, penurunan harga minyak bisa menjadi peluang menguntungkan bagi Pertamina. Perseroan kata dia, akan memanfaatkan penurunan untuk meningkatkan investasi di sektor hulu migas.
Salah satu program yang akan terus dikebut adalah Refinery Development Masterplan Program (RDMP) dalam lima tahun ke depan. Program tersebut dipercaya dapat mengatasi gap kebutuhan minyak yang diproduksi dari kilang Pertamina.
"Peluang kita untuk berinvestasi, karena pada saat ini, harga-harga relatif lebih murah," kata Dwi.