Musim hujan sudah mengguyur Jakarta dan sebagian besar wilayah Indonesia lainnya. Sayangnya, air yang berlimpah di musim hujan ini kadang tak dikelola secara bijak oleh masyarakat. Padahal, jika air hujan ini dimanfaatkan dengan baik, kita bisa menghemat air bersih dan mencegah banjir.
Bagaimana caranya?
Sumur resapan, ternyata menjadi salah satu cara jitu untuk menyikapi bijak air hujan yang melimpah. Juru Bicara Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup Eka Widodo Sugiri menyarankan agar setiap rumah memilki sumur resapan. Dengan adanya sumur resapan, maka semua air yang turun dari atap rumah, akan turun ke tanah dan masuk ke sumur resapan. Jadi, tidak ada air yang keluar ke halaman atau masuk ke got. Dengan cara ini, tentu bisa mengurangi limpasan air.
"Dalam ketentuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB), setiap rumah harusnya punya sumur resapan, tapi ini belum diimplementasikan,” papar Eko Widodo Sugiri.
“Jika kita punya sumur resapan dengan ukuran 1, 2 meter x 1, 2 meter dengan kedalaman 2 meter, itu sudah bisa menampung 5 meter kubik air per jam. Bila perlu, tak hanya halaman rumah, tapi juga halaman sekolah, kantor dan lapangan parkir, dibangun sumur resapan. Kalau diperluakan bantuan, kami siap memberikan asistensi.”
Air yang tersimpan di sumur resapan bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti membilas baju, mencuci kendaraan, menyiram tanaman dan lain lain. Eka menambahkan, lebih bagus lagi kalau setiap rumah dilengkapi dengan sumur pompa, agar air yang tersimpan lebih tahan lama. Karena prinsip konservasi tanah adalah menyimpan air selama mungkin di tanah..
Selain itu, gerakan gotong royong bagi warga yang tinggal di perkampungan, lebih digalakkan lagi. Misalnya dengan membersihkan saluran di depan rumah masing-masing seminggu sekali, itu sudah bisa mengantisipasi dampak yang timbul akibat hujan. Untuk itu, kesadaran dari masing-masing individu untuk tidak membuang sampah sembaragan, sangat di butuhkan.
Untuk warga yang tinggal di area sekitar sungai, Eko menyarankan posisi letak bangunan rumah sebaiknya berada di depan sungai, bukan di belakangnya.
"Kita bisa lihat warga Kampung Deret misalnya, yang sudah sudah membuat rumah yang posisinya berhadapan dengan sungai, agar warga tak lagi menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah"
Agar tercipta kesadaran lingkungan sejak dini, Eko menghimbau agar para orang tua mengajari anak-anaknya soal pendidikan lingkungan sedari kecil. Misalnya dengan cara berkebun bibit di sekolah dan menanam tanaman di rumah.
"Anak kecil jika dididik untuk menanam pohon dan pentingnya konservasi tanah, maka ketika ia dewasa, sudah bisa mengimplementasikannya", ujar Eko.
Editor: Citra Dyah Prastuti