Bagikan:

Menteri Susi Jelaskan Pembatasan Kepiting Telur

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyatakan pihaknya melakukan pembatasan, bukan pelarangan penjualan kepiting telur dan lobster.

NASIONAL

Senin, 19 Jan 2015 13:31 WIB

Menteri Susi Jelaskan Pembatasan Kepiting Telur

Susi Pudjiastuti, penangkapan ikan

KBR, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyatakan pihaknya melakukan pembatasan, bukan pelarangan penjualan kepiting telur dan lobster. 


Kata Susi, yang tidak boleh dijual adalah kepiting yang tengah bertelur. Karena satu kepiting bisa menelurkan hingga lima ribu bayi kepiting. 


"KKP tidak melarang bisnis lobster dan kepiting. Yang dilarang itu adalah yang bertelur untuk diperjualbelikan. Jadi setelah kepiting telurnya lepas, ya boleh ditangkap. Karena satu ekor kepiting yang bertelur itu ribuan,” kata Susi. 


“Sekarang kalau jual itu setengah kilo, harganya Rp 100 ribu. Jadi lima ribu (telur keputing) dikali setengah kilo, kan lima ton. Kali Rp 100 ribu berapa?”


Susi menambahkan, para pengusaha hendaknya memahami pembatasan kepiting telur untuk pertama kalinya ini. Karena jika tidak dibatasi, kepiting dan lobster akan habis di perairan Indonesia.


Sebelumnya, 7 Januari lalu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengeluarkan Peraturan Menteri KP/2015. Salah satu pasalnya menyebutkan pelarangan penangkapan lobster, rajungan, dan kepiting dengan ukuran tertentu. Selepas pengesahan itu, kata Susi, banyak pihak yang memprotesnya di media sosial. 


Dalam situs Ciputra, salah satu protes dilayangkan oleh Asosiasi Pengusaha Kepiting Balikpapan, Kalimantan Timur. Para nelayan, pengepul, dan pengusaha pengirim kepiting di sana menolak pembatasan penangkapan kepiting dan rajungan tersebut. Ini lantaran per harinya para pengusaha setempat bisa menjual hingga 15 ton kepiting dan rajungan untuk pasar lokal Kalimantan Timur dan ekspor ke Singapura, Malaysia, Taiwan, Hongkong, dan Tiongkok.


Editor: Antonius Eko 


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending