KBR, Jakarta - Pengamat Penerbangan Alvin Alie memperkirakan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) membutuhkan waktu lebih dari setahun untuk mencari tahu penyebab kecelakaan Air Asia lewat kotak hitam pesawat tersebut.
Kata Alvin, proses analisis Perekam Data Penerbangan (Flight Data Recorder) dan Perekam Suara Kokpit (Cockpit Voice Recorder) cukup rumit. KNKT harus memindai data tersebut ke komputer, kemudian menggabungkan kedua data.
"Kalau Flight Data Recorder itu adalah angka-angka statistik dari sistem kendali pesawat, sistem permesinan, sistem navigasi.Semuanya tentu cukup rumit sehingga butuh waktu yang cukup panjang untuk dipadukan dan menghasilkan sesuatu informasi yang bermakna,” kata Alvin.
“FDR, CVR, dan beberapa data lain itu biasanya sudah membangun data yang cukup signifikan. Namun, kadang-kadang pula diperlukan untuk rekonstruksi struktur pesawat berdasarkan serpihan-serpihan yang ditemukan untuk menguatkan lagi analisis tersebut sehingga kesimpulannya juga makin kuat,” tambahnya.
Alvin Lie menilai KNKT saat ini sudah memiliki peralatan yang mutahir sehingga mampu meneliti FDR maupun CVR kecelakaan pesawat Air Asia yang jatuh di Selat Karimata, Kalimantan Tengah.
Senin (12/1), tim penyelam TNI Angkatan Laut berhasil mengangkat perangkat rekaman data penerbangan (FDR) Air Asia, dan pagi ini (Selasa, 13/1) FDR tersebut sudah diterima oleh KNKT di Jakarta untuk diperiksa. Sementara, satu perangkat rekaman percakapan kokpit pesawat (CVR) belum bisa diangkat. Rencananya VCR akan dievakuasi hari ini.
Editor: Antonius Eko