Bagikan:

Tarik Buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh dari Peredaran

KBR68H, Jakarta - Sejumlah pegiat sastra meminta penerbit Gramedia menarik peredaran buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh dari toko-toko buku.

NASIONAL

Selasa, 07 Jan 2014 15:29 WIB

Author

Sasmito

Tarik Buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh dari Peredaran

buku sastra, denny JA, gramedia

KBR68H, Jakarta - Sejumlah pegiat sastra meminta penerbit Gramedia menarik peredaran buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh dari toko-toko buku. Pegiat sastra, Dwi Cipta beralasan, buku tersebut tidak memberikan informasi yang benar mengenai sastra di Indonesia. Ia menilai proses penentuan ke 33 tokoh sastra paling berpengaruh tersebut bermasalah. Menurut Dwi, para pegiat sastra akan membuat petisi untuk memboikot buku tersebut bila penerbit tidak segera menarik buku itu.

“Saya hari ini bersama teman-teman akan boikot dengan meluncurkan petisi. Kedua menghimbau kepada penerbitnya Gramedia karena buku itu menyesatkan dan membodohkan. Kami tidak perduli Gramedia akan rugi atau tidak dengan penarikan buku itu,” ujar Dwi Cipta di Sarapan Pagi KBR68H, Selasa (07/01).

Sebelumnya, buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh banyak dipertanyakan kritikus sastra. Salah satu alasannya masuknya nama Denny JA dalam buku tersebut. Nama Denny JA dinilai tidak layak untuk masuk dalam daftar tokoh sastra paling berpengaruh karena dia baru menerbitkan satu karya sastra pada 2012 lalu.

Kritikus Sastra Katrin Bandel mengatakan, delapan juri yang memilih 33 sastrawan itu tidak memiliki kompetensi sebagai kritikus sastra. Akibatnya, ia meragukan pertanggungjawaban akademis pemilihan 33 nama sastrawan tersebut.

"Sering sekali sastrawan merangkap kritikus. Biasanya sekedar kegiatan tambahan dan tidak mendalami benar-benar secara akademis bagaimana cara melakukan kritik sastra dan mempelajari teori kritik sastra dan sebagainya. Selain itu sebagai sastrawan yang terlibat dalam sastra di Indonesia mereka memiliki kepentingan kelompok tersendiri," jelas Katrin.

Editor: Doddy Rosadi


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Kabar Baru Jam 7

Strategi Perempuan Pengemudi Ojol Mengatasi Cuaca Ekstrem (Bag.4)

Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Bertema Minyak di Tengah Laut

Menguji Gagasan Pangan Cawapres

Mahfud MD akan Mundur dari Menkopolhukam, Jokowi: Saya Sangat Hargai

Most Popular / Trending